Membangun Perencanaan Keuangan Bersama Sunlife Financial Indonesia

Tidak ada komentar

Sunlife Financial Indonesia mengundang para blogger di acara seminar literasi keuangan pada tanggal 25 September 2016. Acara tersebut dilaksanakan di House of Balcony, Ambarrukmo Plaza Yogyakarta.  Acara dimulai pada pukul 12.00 dengan makan siang bersama kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari pihak Sunlife Financial Indonesia. Komitmen Sunlife Financial Indonesia untuk membangun Indonesia lebih baik diwujudkan dengan meningkatkan tingkat literasi keuangan masyarakat. Mengajak masyarakat untuk lebih mengenal Sunlife melalui pameran di Ambarrukmo Plaza sejak tanggal 23 September merupakan salah satu cara yang dilakukan Sunlife untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat pentingnya perencanaan keuangan.

Sunlife memperkenalkan Bright Advisor sebagai portal online yang menyediakan informasi mengenai asuransi jiwa, kesehatan, pendidikan, investasi dan perencanaan keuangan. Bright Advisor akan membantu pengguna dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Penggunaan bright Advisor tidak perlu dikenakan biaya dan bisa digunakan bagi seluruh masyarakat, bukan hanya nasabah Sunlife.

Pembicara pertama pada acara seminar adalah Ibu Donna Imelda, seorang dosen, travel writer dan co-founder Indonesian Corners. Pada kesempatan ini beliau mengungkapkan pentingnya perencanaan keuangan sebelum melakukan liburan. Palnning mengenai tempat tujuan untuk liburan perlu dipertimbangkan sebelum melakukan liburan. Selain itu gaya liburan juga akan berkaitan dengan perencanaan dana untuk berlibur. Perencanaan dana liburan sebaiknya dari menabung, bukan dari berhutang. Menabung memang membutuhkan waktu lama dan memerlukan kesabaran tetapi ketika selesai liburan kita tidak perlu memikirkan masalah yang ditimbulkan. Sementara apabila berhutang, selesai liburan kita akan mempunyai masalah baru setelah selesai liburan yaitu bagaimana cara membayar hutang.

Pembicara kedua dihadirkan setelah coffebreak yaitu Mbak Atanasia Rian, seorang traveler dan blogger dari Yogyakarta. Disini beliau memberikan tips dan trik untuk solo traveling dan bagaimana perencanaan keuangan bagi seorang solo traveling. Melakukan booking tiket pesawat jauh-jauh hari sebelum berlibur merupakan salah satu trik untuk bersolo traveling yang murah meriah. Selain itu melakukan pembayaran penginapan jauh-jauh hari juga merupakan trik yang diberikan oleh pembicara.


Sesi terakhir berupa tanya jawab, para blogger sangat antusias terbukti dengan banyak yang ingin bertanya baik kepada pihak Sunlife maupun pembicara. Kemudian dari beberapa penanya dipilih 3 penanya terbaik untuk mendapatkan merchendise. Selain itu diumumkan pula pemenang live tweet competition yang kemudian diberikan merchandise dari Sunlife. Acara selesai ketika mc mengajak seluruh peserta dan pembicara untuk berfoto bersama di depan.

Sepucuk Surat Untuk Pembuang Kucing di Ujung Jalan

Tidak ada komentar

 apa kabarmu orang yang tentunya tidak pernah aku kenal? Sudah merasa menyelesaikan masalah dengan membuang kucing-kucing kecil di pinggir jalan kemarin? Atau mencari pembenaran dengan apa yang sudah dilakukan? Sini duduk bersamaku karena aku akan menceritakan sesuatu padamu.

Kemarin sore teman sebelah kamar kosku panik mengetuk pintu. Dengan wajah sedihnya dia menceritakan sebuah kejadian yang memilukan hati. Menyentuh rongga terdalam di hati kami, bahkan dia menyalahkan dirinya sendiri. Di ujung jalan, di bawah pohon ada kucing hitam kecil dibuang menggunakan kardus. “kenapa aku tidak punya rumah sih? Kalo punya kan aku pasti nolongin mereka”, ucapnya ketika menceritakan apa yang terjadi. Aku pun berusaha menenangkannya dan mencoba mencari jalan keluar. Teringat salah seorang temanku yang ingin memelihara kucing kecil, kau tau aku mencoba menghubunginya dengan harapan bahwa dia mau memboyong kucing kecil yang kau buang.

Aku panik tidak mendapat jawaban, hanya ku pasrahkan saja kepada Tuhan apapun yang akan terjadi. Teman sebelah kamarku panik bahkan sampe di bbm bilang besok pagi ga mau lewat situ takut lihat bangkai kucing tertabrak. Pikiranku lari ingin segera memastikan keadaan kucing kecil yang kau buang. Segera ku ambil jaket dan sedikit makanan kucingku karena aku tau mereka pasti tidak kau beri makan. Temanku menyiapkan susu dengan cepat dan kami meluncur ke ujung jalan. Kardus berwarna putih itu masih ada dibawah pohon dekat sekali dengan jalan raya.
Kami mendekati mereka pelan-pelan, ya Tuhan air mataku jatuh seraya melihat 4 anak kucing ada di dalam kardus. Mata mereka menyiratkan kelaparan dan kehausan tetapi mereka takut melihat kami. Kami segera berikan makanan dan susu, lahap sekali mereka minum susu dan makan. Kau bisa membayangkan jika kau yang menjadi anak kucing yang kau buang tadi. Bagaimana jika kau yang dipisahkan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab ketika kau masih sangat kecil dan baru belajar untuk berjalan? Bagaimana jika kau yang dibuang di pinggir jalan dengan keadaan yang sama sekali belum pernah kau temui selama di dalam rumah? Tetapi Tuhan melindungi dan menjaga mereka dengan cara-Nya yang luar biasa. Tuhan memiliki sekenario yang tidak kau bayangkan, mempertemukan kucing-kucing kecil yang kau buang dengan kami.

Teman yang aku kabarin tentang kucing yang kau buang tadi memberi kabar bahwa dia segera meluncur. Kepanikan kami berdua agak reda tetapi tangis kami belum reda. Air mata masih menetes membayangkan seharusnya anak-anak kucing ini ada di pelukan induknya karena belum usianya untuk berpisah dengan induknya. Coba pejamkan matamu dan bayangkan kau dipisahkan dengan orang yang kau sayangi terutama seorang Ibu, bagaimana rasanya? Sakit bukan? Aku yakin kau pasti punya seorang ibu dan aku yakin kau menyayangi ibumu. Begitupun anak-anak kucing ini, mereka pasti merindukan ibunya.

Sini kubisikkan sebuah cerita tentang kucing kecil yang terbuang dan ditemukan oleh tetangga rumahku. Kucing kecil itu seluruh badannya jamuran bahkan kuku-kukunya sudah mau copot. Kau bisa kan membayangkan sakitnya seperti apa kuku mau copot. Tetanggaku membawanya ke rumahku dan ibuku bersedia memeliharanya. Kucing kecil itu ditidurkan di kardus beralasakan lap, bapakku bahkan tidak menyukainya hingga dia dewasa. Tapi ibu tidak pernah patah semangat merawat kucing kecil ini. Dia tidak makan sebanyak kucing kami dulu, dia hanya mau makan kue kering yang diremas kecil-kecil, bahkan ketika tidur dia biasa menyusu pada lap alas tidurnya. Tubuhnya seolah tidak kuat menopang penyakit yang dia derita. Setiap pagi ibu menjemur si kucing bersama kardusnya di depan rumah setelah dimandikan. Dengan keterbatasan dana yang kami punya, kami berusaha agar dia sembuh, ketika dioleskan salep bahkan dia mengeliat menyatakan sakit sekali tetapi kami tetap berdoa agar dia sembuh. Sampe suatu hari ibu sudah lose hope dan berkata pada si kucing, “kalo kamu mau sembuh maka sembuhlah. Tapi kalau kamu sudah tidak sanggup hidup di dunia ini, ibu ikhlas kamu kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa”. Berangsur-angsur kucing kecil ini sembuh, makan dengan lahap hingga akhirnya gemuk dan menjadi kucing yang sangat lincah. Tetapi kenangan tentang kardus masih melekat di dalam jiwa kucing kecil ini. Saat bermain di halaman, dia suka bermain di dalam kardus dan lap alas tidurnya. Kami beri nama dia owi, kucing betina cantik yang kini kau masih bisa melihatnya di rumah bapak kami di Bandung. Singkat cerita owi menjadi seorang ibu muda, dia melahirkan anak kucing yang lucu 1 ekor saja. Anak kucing tersebut mati karena ada kelainan di dalam organ tubuhnya, dan kau tau owi mencarinya kesana kemari setelah kami menguburkan si anak kucing. Kulihat kesedihan di mata owi sambil terus mencari anaknya.
Apakah kau bisa merasakan penderitaan induk kucing yang anaknya kau buang sekarang? Ku hancurkan kardusmu karena aku benci melihat kardusmu. Kardus yang dengan sengaja untuk membuang anak kucing dengan lubang-lubang yang kau buat agar mereka tetap bernapas kan? Aku tidak mau anak-anak kucing teringat dengan memori kardusnya yang sangat pahit. kalau mereka sudah besar nanti akan aku katakan bahwa mereka diadopsi oleh papi keren dari tepi jalan, mereka anak-anak kucing yang lucu harus hidup bahagia dengan menutup masa lalunya yaitu bahwa mereka sebenarnya tidak diinginkan dan dibuang.


Kemudian temanku pun datang untuk membawa dan mengadopsi mereka. Sini sini kuperlihatkan padamu mereka tertidur pulas di tempat temanku. Lucu sekali bukan, mereka tertidur pulas bertumpuk-tumpuk. Ketika pagi mereka berebut untuk sarapan sampai semua mukanya masuk ke mangkok. Sekarang mereka sudah aman di tempat papi keren yang udah  mau mengadopsi mereka. Berbagi tempat, makanan dan kasih sayang itu tidak mudah. Bahkan menempatkan kucing dengan komitmen memelihara sampai Tuhan memanggil mereka pun sangat tidak mudah. Aku yakin kau masih punya hati, sterilkan kucing-kucingmu jika kamu tidak ingin mereka berkembang biak. Kontrol populasi kucing-kucingmu agar tidak ada lagi kucing terlantar. Kau bisa membaca manfaat steril lebih banyak di artikel-artikel yang bisa kau cari di google. Aku tidak akan menjabarkannya lebih banyak karena kau akan muak padaku. Yang ingin ku tekankan disini bahwa kita bisa saling bantu agar tidak ada lagi kucing-kucing atau anjing yang terlantar dengan steril. Ku beri tau ya di kota ini, banyak malaikat tak bersayap dan nyata hidup bersama kita yang membantu untuk steril hewan peliharaanmu, rescue hewan yang butuh pertolongan dan berupaya mensejahterakan kucing-kucing atau anjing liar dengan berbagai cara. Jadi sebaiknya kau tidak  membuang kucing-kucing lagi karena itu bukan solusi dari masalahmu. 

Pura Paku Alaman, Istana Kecil yang Sering Terlupakan

Tidak ada komentar

[/caption]
Ketika saya kecil saya sudah sering mendengar mengenai Daerah Istimewa Yogyakarta. Sempat saya kira Kabupaten Kulon Progo itu bukan masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi setelah pindah sekolah saya baru mengerti bahwa Kulon Progo ini masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Disini tidak akan bahas Kulon Progonya, lebih tepatnya akan membahas Kadipaten Pura Pakualaman yang memiliki wilayah di Kulon Progo.
[caption caption="silsilah paku alam"][/caption]
Kadipaten Pura Paku Alaman berdiri tahun17 Maret 1813 ketika Pangeran Notokusumo putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan BRA Srenggorowati dinobatkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam I. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada campur tangan Inggris pada pendirian Kadipaten Pura Pakualaman. Saat itu pulau Jawa dikuasai Inggris berdasarkan perjanjian Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Mengenai kekuasaan Inggris di Indonesia dan Raffles akan saya bahas pada artikel yang lain. Pada tahun 1813-1816 Pura Pakualaman berada di bawah kekuasaan Raffles dengan status negara dependen. Kemudian tahun 1816-1942 Pura Pakualaman berada di bawah kekuasaan kerajaan Belanda dengan status Zelfbestuurende Landschappen Hindia Belanda. Setelah Jepang datang pada tahun 1942 kekuasaan pun berada dibawah tangan kekaisaran Jepang dengan status Kooti dibawah komando Penguasa Militer.
[caption caption="sayap barat"][/caption]
Memasuki Pura Pakualaman bini kita akan disambut oleh abdi dalem yang berjaga di pintu gerbang. Mulanya saya ragu apakah bisa warga biasa seperti saya masuk ke kawasan ini, tapi saya coba untuk bertanya terlebih dahulu apa saja yang harus saya persiapkan jika akan memasuki kawasan Pura Pakualaman. Di luar dugaan ternyata saya hanya perlu mengisi buku tamu dan saya dipersilahkan untuk masuk ke dalam kawasan Pura Pakualaman. Ada beberapa kawasan yang memang tidak boleh masuk dan ada tandanya batas foto sampai disitu saja. Kita juga tidak diperbolehkan naik ke pendopo karena disini merupakan tempat jumeneng Paku Alam dan berbagai acara adat yang sakral. Bangunan di Pura Pakualaman didominasi warna putih tulang atau cenderung menuju kuning gading dengan garis merah.
Bagian sayap barat digunakan untuk kantor dagang, penyimpanan arsip dan beberapa keperluan pemerintahan Pura Pakualaman. Di tengah-tengah ada pendopo luas yang disampingnya terdapat beberapa kereta kencana, salah satunya yang kemarin digunakan untuk Jumeneng Paku Alam X dan ada pula yang merupakan pemberian Raffles. Kereta-kereta kencana ini ditutup menggunakan kain agar tidak terkena debu. Di pendopo kita bisa melihat gamelan, lantai marmer, kursi-kursi dan lampu antik yang sudah ada sejak jaman dulu. Kemudian di samping pendopo kita akan menemukan rumah antik dengan arsitektur yang megah berwarna kuning gading. Rumah ini merupakan kediaman bagi para putri Pura Pakualaman. Bangunan di sayap timur ada beberapa yang tidak digunakan tetapi sebagian digunakan untuk radio milik Pura Pakualaman.
[caption caption="tempat untuk jumeneng dalem"][/caption]
[caption caption="keputren"][/caption]
Ketika saya sudah selesai berkeliling, saya mampir ke museum Pura Pakualaman. Nah disinilah berbagai data saya dapatkan, oh iya untuk masuk ke museum tidak dikenakan berapa besarnya tarif, hanya didekat buku tamu terdapat kotak yang artinya kita dipersilahkan untuk memasukkan uang tidak dibatasi berapapaun nominalnya.
Bapak pemandu museum dengan ramah memandu kami menuju ke dalam museum yang bisa dibilang kecil tetapi memiliki data yang lengkap. Masuk ker ruangan pertama kita akan menemukan foto Paku Alam I hingga Paku Alam VIII, untuk foto Paku Alam IX belum selesai dibuat fotonya saat saya berkunjung kesana. Disini kita juga bisa melihat mengenai silsilah keluarga Paku Alam dan foto-foto masa perjuangan Paku Alam VIII bersama Sri Sultan HB IX mengeluarkan amanat mengenai bergabungnya ke dalam NKRI kepada Ir. Soekarno. Nah jadi kalau ada yang menanyakan Sri Sultan Hamnegku Buwono IX ini berjuang dengan siapa ketika memutuskan untuk menggabungkan diri dengan NKRI jawabannya adalah dengan KGPAA Paku Alam VIII. Masuk ke ruang sebelah terdapat berbagai macam alat masak jaman dulu yang terbuat dari baja dan tembaga. Kita juga bisa melihat berbagai persenjataan yang dipakai pada masanya dan beberapa senjata pemberian dari bangsa Belanda dan Jepang. Di dalam ruangan ini pula terdapat pakaian adat kerajaan ketika jumeneng dan pakaian pasukan Plengkir. Selain tombak dan busur panah, terdapat pula senjata yang merupakan bekas VOC tersimpan rapi disini. Ruangan yang terkahir berisi kereta kencana berwarna biru dan penjelasan mengenai wilayah Kadipaten Pura Pakualaman di Kabupaten Kulon Progo (saat ini).
[caption caption="foto dwi tunggal"][/caption]n
[caption caption="kursi"][/caption]
Pura Pakualaman memiliki wilayah yang jauh lebih sedikit sebagai kerajaan di pulau Jawa. Kawasan kabupaten Kulon Progo yang dahulunya milik Pura Pakualaman hanya bagian selatan meliputi daerah Glagah, Temon, Brosot dan Lendah yang dahulunya merupakan kawasan tandus. Pada masanya kawasan ini disebut Adikarto, oleh karena itu pelabuhan di kawasan Glagah saat ini dinamakan Tanjung Adikarto untuk mengenang kembali bahwa ini kawasan Kabupaten Adikarto pada masa pemerintahan Pura Pakualaman. Seperti Kasultanan Nyayogyakarta Hadiningrat, Pura Pakulaman memiliki pasukan kecil yang dibedakan dengan seragamnya. Ada pasukan Lombok Abang yang menggunakan pakaian berwarna merah dan ada pasukan Plengkir dengan warna pakaian hitam.

Ketika Jumeneng Dalem Paku Alam X pasukan lombok abang dan pasukan plengkir pasti mengawal jalannya acara seperti pada tanggal 7 Januari 2016 kemarin. Jumeneng Dalem ini diawali dengan simbolisasi naik tahta Pangeran Suryodilogo menjadi Paku Alam X menggantikan ayahnya yaitu Paku Alam IX yang meninggal pada 21 November 2015. Untuk saat ini Gubernur DIY dipimpin oleh Sri Sultan HB X dan wakil gubernurnya adalah Paku Alam X. Pura Pakualaman juga mengadakan grebeg setiap tahun walaupun ukurannya biasanya lebih kecil dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Untuk pemakaman, wilayah makam beberda dengan makam para raja Ngayogyakarta Hadinignrat, Paku Alam I sampai dengan Paku Alam IV dimakamkan di kawasan Kota Gede, Yogyakarta, sementara mulai Paku Alam V hingga seterusnya pemakamannya ada di kawasan Girigondo, Temon, Kulon Progo. Sebagai tambahan informasi saja bahwa nama Pura Pakualaman digunakan untuk keratonnya, sedangkan adipatinya bergelar Paku Alam. 
Sebagai warga yang mendapatkan kehidupan di wilayah ini tidak ada salahnya jika kita berkunjung ke Pura Pakualaman untuk mengenang perjuangan raja-raja yang telah berjuang dengan seluruh jiwa dan raganya demi kedaulatan bangsa Indonesia. Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan sejarahnya. Sejarah tidak hanya untuk dihapalkan (tanggal, nama dan peristiwanya) tetapi harus diresapi agar kita dapat mencontoh sikap heroik mereka dan kedepannya kita tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat oleh para pelaku sejarah. Saya senang sebagai warga dapat berkunjung ke Pura Pakualaman dan memperoleh informasi mengenai raja-raja yang pernah berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini. Saya pasti akan berkunjung lagi ke museum Pura Pakualaman dengan membawa serta teman-teman maupun keluarga saya.

Surat Untuk Mumu

Tidak ada komentar

Mumu bagaimana sekarang keadaanmu di rainbow bridge?

Aku masih inget waktu Mumu kecil. Mumu lahir bulan April 2013 bersama dengan saudara-saudaramu berjumlah 4. Ada yang berwarna putih kayak mumu. Ada yang berwarna hitam putih. Ada yang berwarna hitam polos. Sejak kecil kamu doyan makan Mu, tiap makan pasti kamu colek saudara-saudaramu sampe akhirnya Mumu punya tempat makan sendiri. Kemudian kau tumbuh semakin bear dan saudara-saudaramu diadopsi oleh teman-temanku. Kau lah yang di php untuk adopsi saat itu hingga akhirnya mamamu yang sekarang mengadopsimu. Mamamu adalah ibu peri kita semua. Kemudian snowy melahirkan adik-adikmu berjumlah enam ekor. Kamu selalu siap menjadi kakak yang baik untuk mereka, ketika snowy lelah, kamu akan menjaga adik-adikmu hingga mereka tertidur. Kemudian adik-adikmu diadopsi oleh teman-temanku.

Kabar yang terakhir kudengar bahwa Venus ditabrak oleh pengendara motor di depan rumah teman kampusku hingga teman kampusku pun menangis. Kamu udah ketemu belum sekarang sama Venus? Adikmu yang lain bernama Zee masih sehat, tau gak Mu sekarang Zee mirip Snowy loh dan dia juga mirip kamu. Zee kemarin sudah steril di AFJ, mamanya Zee yang nganter dan Zee udah punya anak 3 berarti kamu sudah om-om loh Mu.

Oh iya Mu waktu aku mulai jatuh dan pindah kos, kamu akhirnya bersama mamamu dan snowy, itu kenapa ku sebut mamamu adalah ibu peri kita semua. Sebelum aku pindah pun sudah sering ku titipkan kau padanya. Berbahagialah Mu karena dia sangat menyayangimu, dia bahkan selalu khawatir ketika kamu gak pulang. Kamu pernah mencariku di kamar lama dan mengeong di depan pintu, mamamu sedih dan akupun begitu. Bukan aku meninggalkanmu Mu, saat itu aku tidak sanggup lagi membayar uang kos disana makannya aku pindah. Shiro ku bawa pulang agar dijaga oleh ibu & adik-adikku, snowy ku titipkan pada mamamu dan kamu pun bersama mamamu. Di tempat mamamu kamu juga selalu menjaga adik-adik tirimu.

Kemudian kamu mulai dewasa, aku menemuimu ketika aku mencari snowy dan sudah punya tempat baru. Aku menemukanmu di kamar mamamu dan kamu gendut sekali mumu. Ku coba menggendongmu ternyata berat sekali. Setelah lama tak berkabar, mamamu tiba-tiba khawatir karena kamu gak pulang-pulang. Ternyata kamu sudah mulai dewasa dan mencoba dunia baru dengan bertualang. Kami tidak melarangmu untuk bertualang Mu, tapi kami khawatir kalau kamu gak pulang-pulang. Kami selalu berpikir kamu sudah makan atau belum, terus kalau hujan kamu neduh dimana, lalu kalau ada yang menyakitimu bagaimana. Akhirnya setelah 3 hari kamu pulang dan sama mamamu diomelin, mamamu sayang padamu Mu bukan ngomelin karena marah.

Kemudian mamamu mulai tidak nyaman di tempat itu. Ketika adik-adikmu di dalam kandang dibawa oleh mak lampir untuk dimandikan seperti tanaman di parkiran depan, mamamu menangis dan panik tapi aku yakin kamu pasti bisa lari menjauhi orang jahat itu. Kami segera ke kos itu dan mendapatkan bahwa benar saja adik-adik tirimu dimandikan di parkiran. Hari itu juga kami mengungsikanmu ke tempat ibu fostermu. Ibu foster dan papa fostermu sayang sama kamu dan kau tau mereka pun sekarang makin sayang sama kucing. Akhirnya setelah semuanya kembali normal, kamu kembali ke pangkuan mamamu bersama adik-adik tirimu di rumah papamu.

Rasanya baru kemarin mamamu memberi kabar bahwa ternyata Tika mengandung anakmu, ah mumu ternyata kau sudah dewasa. April kemarin kamu ulang tahun yang ketiga. Tidak lama kemudian Tika melahirkan anak-anakmu dan mamamu ngasih foto anakmu, ada yang mirip denganmu loh Mu, tengilnya, doyan makannya, bahkan ekornya. Iya ekor Mu ekormu selalu kotor kan? 2 hari belakangan ini mamamu kembali bercerita bahwa kau betualang disana dan belum juga pulang. Mamamu sangat sedih, hingga akhirnya tadi pagi mamamu memberi kabar bahwa kamu sudah meninggal diracun oleh salah satu tetangga. Sedih Mu, secepat itukah kau pergi? Mamamu bahkan menangis sejak malam sampai pagi dan aku menangis dari pagi sampai kutuliskan surat untukmu ini. Coba Mumu ceritakan siapa yang tega meracunimu, siapa Mu siapa? Akan kami cari dan akan kami buat dia jera sejera-jeranya. Mu tapi sekarang kamu udah ga sakit kan? Sekarang gak ada lagi manusia-manusia jahat yang akan membunuhmu. Kau akan selalu dilindungi Gusti Allah dan kami berharap suatu saat bisa bertemu denganmu lagi. Shiro dan Snowy kangen sama Mumu gendut. Papanya Mily, teman-temanku dan mamanya Zee juga ikut berbela sungkawa atas kepergianmu. Mu lari-lari dan bermainlah di rumah Gusti Allah tanpa takut lagi akan manusia-manusia jahat yang ingin mencelakaimu. Kami semua sayang sama Mumu.

RIP My Dear Mumu Raja Julian

4 Mei 2016



Jeritan Sebuah Bangunan Tua Di Jalur Mati

Tidak ada komentar

Perkenalkan aku hanyalah sebuah bangunan tua yg sudah dikoyak oleh sekitarku. Bahkan mungkin aku dilupakan bahwa aku ada di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Letakku tidak jauh dari Stasiun Tuntang. Aku bernama Stasiun Bringin. Aku dibangun tahun 1873. Aku mulai ditinggalkan tahun 1976. Kau tau kenapa aku ditinggalkan? Kalau kau buka riwayat hidupku, kau pasti akan mendapatkan jawabannya. Aku masuk ke dalam wilayah Daop IV Semarang.

Dulu, kau pasti tidak menyangka bahwa tempatku ramai dikunjungi . Kau tau letakku begitu strategis, dekat dengan pasar Bringin. Merupakan stasiun penghubung antara Ambarawa dan Kedungjati. Apa kau kenal stasiun Kedungjati? Dia kembar dengan stasiun Ambarawa. Mungkin lain kali aku akan menceritakannya padamu.

Kau tau aku senang ketika daerah sekitarku dibersihkan dari rumah warga. Rasanya aku tidak kesepian ketika ada rumah warga tetapi sebagian dari mereka mengoyak tubuhku. Membangun sarang burung walet dengan mengoyak tubuhku, itu menyakitkan. Bahkan papan namaku sudah entah dimana. Tapi aku sudah memaafkan mereka, mungkin mereka tidak tau pentingnya aku dulu bagi warga disana, sebelum terkoyak dan seperti sekarang.

Sekarang aku hanya ditemani sebuah gudang kayu yang sama-sama sudah koyak dan water torrance. Kami terkoyak juga oleh alam. Hujan dan panas sudah kami lalui hampir empat dekade. Kini kau dapat melihatku dari jalan raya. Sebagian besar tubuhku sudah hilang, koyak dan tegel lantaiku pun banyak yang sudah lepas. Beberapa anak muda kadang mengunjungiku tapi hanya untuk berfoto di dalam ku. Mereka tidak menyapaku atau bahkan menepuk badanku. Ya aku sebenarnya tidak suka dikunjungi oleh alayers. Tapi masih beruntung aku tidak dikunjungi untuk uji nyali. Kudengar pernah beberapa rumah tua dikunjungi untuk uji nyali tapi akhirnya hanya sandiwara yang membuat manusia semakin takut untuk mengunjungi kami. Padahal penghuninya tidak merasuki peserta uji nyali. Penghuninya hanya terdiam di pojok dan memperhatikan mereka yang mengambil gambar tanpa mengganggu.

Oh iya di depan terasku banyak sekali rumput hijau. Kambing-kambing bermain sambil makan rumput. Sebagian dari mereka berbulu putih, tapi ada juga yang berbulu hitam. Aku tidak detail memperhatikan mereka, hanya memperhatikan kambing kecil yang dengan bahagianya berlari kesana-kemari. Memang tidak terlalu ramai tapi setidaknya mereka tidak menyakitiku dengan menancapkan besi, menghancurkan atau mengambil bagian-bagian tubuhku.
Suatu hari aku merasa senang ketika ada beberapa orang bermobil putih mengunjungiku, mereka menyapaku kemudian menepuk badanku dan berharap aku segera diaktifkan kembali. Ya aku tau mereka peduli padaku, itu kudengar dari percakapan mereka ketika memasuki ruangan-ruangan di dalam tubuhku. Mereka hanya orang biasa, bukan petugas yang berwenang . Kadang sampai sekarang aku merindukan mereka.

Aku disini berdiri untuk di reaktivasi bersamaan dengan rel Ambarawa - Kedungjati. Aku hanya bisa menunggu dan berharap aku bisa seperti dulu, banyak dikunjungi orang yang menggunakan si ular besi untuk bepergian.

Jika kau membaca ini, aku berharap kau akan mengunjungiku walau hanya sekedar menyapa dan menepuk badanku. Karena itu akan sedikit menghapus rasa kesepianku selama 40 tahun. Terimakasih sudah bersedia membaca ceritaku. Doakan aku segera di reaktivasi.





Vastenburg, Riwayatmu Kini

Tidak ada komentar

Solo, kota kecil di provinsi Jawa Tengah yang terkenal akan batiknya ini memang menarik untuk dikunjungi. Sebenarya bukan hanya batik yang menarik dari kota ini, kuliner di Solo pun bermacam-macam, budaya di kota ini masih dipelihara dengan baik. Kali ini saya tidak akan membahas batik ataupun kuliner karena saya tertarik ke kota ini setelah melihat liputan di salah satu televisi swasta tentang sebuah benteng yang letaknya dekat dengan kantor walikota tetapi sempat terbengkalai selama puluhan tahun. Sebelumnya saya sempat berpikir bahwa benteng ini diperlakukan sama seperti Vredeburg di kota tempat saya tinggal selama berkuliah yaitu Yogyakarta.

Pagi-pagi saya bersama seorang teman menuju benteng ini menggunakan kereta prambanan ekspres dari stasiun maguwo, harga tiket per orang Rp 8000 dan menempuh perjalanan kurang lebih satu jam. Kemudian sesampainya di stasiun Purwosari kami melanjutkan naik bus solo batik seharga Rp 4500 menuju benteng. Ya kali ini tujuan utama saya adalah benteng ini karena saya sangat penasaran dengan bangunan peninggalan kolonial apalagi yang terbengkalai. Untungnya ketika sampai di benteng ini, keadaan benteng sudah ditetapkan sebagai cagar budaya jadi beberapa wajah benteng sudah di cat ulang. Lega melihat benteng ini dengan wajah barunya yang menjadi lebih “sumringah” untuk dipandang dengan cat putih bersihnya.


Vastenburg nama benteng yang merupakan saksi bisu sejarah ini dibangun di masa kolonial belanda, yaitu pada tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff di kawasan Gladak, Surakarta atau Solo. Sama seperti benteng Vredeburg, beteng Vastenburg juga digunakan untuk mengawasi keraton Surakarta Hadiningrat karena memang letak benteng ini tidak jauh dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Sebenarnya ada 3 benteng di pulau jawa ini yang sejajar apabila ditarik garis lurus, yaitu mulai dari timur adalah benteng Vastenburg, lanjut ke barat ada benteng Vredeburg dan yang paling barat adalah si Benteng Merah Van Der Wijk.

Benteng ini juga pernah digunakan sebagai markas TNI setelah kemerdekaan republik Indonesia  untuk mempertahankan kemerdekaan. Selain itu benteng ini juga pernah digunakan sebagai tempat pelatihan dan pusat Brigade Infanteri 6 untuk wilayah karisidenan Surakarta dan sekitarnya. Benteng ini sempat mangkrak sejak tahun 1980-an sampai ketika ada desas desus benteng akan dihancurkan untuk pembangunan pusat perbelanjaan, pemkot Solo mengambil alih dan diperjuangkan menjadi salah satu cagar budaya yang tidak boleh dihancurkan mengingat benteng ini adalah saksi bisu sejarah. Ya kali ini saya benar-benar berterimakasih kepada bapak Ir.H Joko Widodo dan jajaran pemkot Solo atas kemenangan memperjuangkan Vastenburg sebagai cagar budaya. Menurut UU no 11 tahun 2010 cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan atau air yang perlu dilesatrikan keberadaanya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengentahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayaan melalui proses penetapan. Nah Vastenburg sendiri merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki peran penting bagi sejarah.

Oh iya sekedar info aja benteng ini dibuka untuk umum ketika ada acara-acara tertentu, tetapi selebihnya akan ditutup, berbeda dengan saudaranya yaitu Vredeburg yang memang sudah dibuka untuk umum. Jadi waktu saya kesana, saya hanya bisa berkunjung di depan benteng, tidak bisa masuk ke dalam benteng Vastenburg.


Memasuki pelataran Vasteburg berupa jalan tanah, ada beberapa bagian yang masih terlihat bekas jalan berbata merah yang pada masanya pasti lebih bagus dari sekarang. Pelataran Vastenburg sekarang sering digunakan untuk parkir mobil. Di depan benteng terdapat dua patung kerbau di sisi kanan dan kiri serta patung arca, ya benteng ini pun dalam pembuatannya tidak meninggalkan simbol kebudayaan masyarakat Surakarta. Ada parit yang mengelilingi benteng tetapi saya hanya melihat yang bagian depan saja. Bentuk benteng ini berupa persegi dimana ujung-ujungnya terdapat bastion. Pintu benteng terkunci saat itu karena memang tidak ada acara yang diselenggarakan ketika saya mendatangi benteng Vastenburg. Saya dapat melihat bahwa di tengah benteng tedapat lapangan yang mungkin dulunya digunakan untuk apel para serdadu belanda yang berada disitu.  Saya juga melihat ada tembok yang batu batanya terlihat dan belum diperbaiki.  Kami lalu saling mengambil foto di depan benteng Vastenburg bergantian. Saya mengagumi Vastenburg dan membayangkan masa jayanya saat masih digunakan oleh kolonial untuk mengawasi keraton Surakarta Hadiningrat. Vastenburg, saya pasti kembali untuk sekedar mengunjungimu, semoga terus berdiri kokoh sebagai saksi bisu sejarah bangsa kami.