Sate Ratu Kuliner Nusantara yang Mendunia

1 komentar

Menu yang disajikan di Sate Ratu. Dokpri

Mencicipi sate ratu, mencicipi warisan kuliner nusantara. Menyajikan kuliner sate dengan ciri khas bumbu rempah yang kuat beserta sedikit pedasnya cabai yang memikat.  

Sebagai kota wisata Jogja tidak lepas dari ketersediaan kuliner di restoran favorit yang siap menggoyang lidah, salah satunya adalah sate.

"Kalau dulu, pengelompokan tempat kuliner di Tripadvisor itu kan per provinsi jadi Sate Ratu nangkring di nomer satu. Nah sekarang per kabupaten, sementara Sate Ratu masuk Kabupaten Sleman jadi di Tripavisor udah nggak kelihatan bintangnya kalau search sate Ratu di wilayah DIY", ungkap Fabian Budi Seputro, sang owner Sate Ratu saat berbincang dengan teman-teman blogger dan Kompasianer Jogja di restoran satenya pada 22/06/2019.

Perjalanan Sate Ratu Selama 3 Tahun

Pak Budi menceritakan perjalanan Sate Ratu. Dokpri

Penghargaan demi penghargaan diterima Sate Ratu di tahun 2018, seperti dari Tripadvisor. Tetapi di balik perjuangan itu, ada keputusan luar biasa dari pak Budi (panggilan sang owner) untuk banting stir dalam kehidupannya. Bagaimana tidak, beliau yang sudah malang melintang selama 20 tahunan di dunia hospitality-- bahkan udah sampai level atas-- kemudian memulai bisnis kulinernya dari 0.

"Saya bahkan memberikan pengertian kepada istri untuk mengubah lifestyle dan saya juga melakukan perencanaan keuangan untuk 5 tahun kedepan dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi atas bisnis kuliner yang saya jalankan. Tahun-tahun pertama ya berdarah-darah tapi itu saya nikmati dan tidak membuat saya mundur dari bisnis kuliner", ungkap pak Budi saat menceritakan banting stirnya ke bisnis kuliner. Bahkan banyak yang tidak percaya jika beliau berbisnis kuliner karena beliau memang bukan seorang masterchef. 😅

 Tapi dengan semangat perjuangan yang tidak pernah surut,  akhirnya bisnis kulinernya berjalan dengan baik. Aku setuju dengan apa yang dikatakan pak Budi, financial planning merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam membuka bisnis. Setiap bisnis pada jaman sekarang kan tantangannya pasti beda sama jaman dulu.

Sate Ratu, berawal dari angkringan Ratu di tahun 2016, bertempat di jalan Solo adalah cikal bakal Sate Ratu saat ini. Berbagai riset dilakukan oleh Pak Budi, termasuk menu apa saja yang disukai pelanggan sampai akhirnya melakukan branding Sate Ratu. Selain itu,prinsip beliau adalah tidak mau bergantung dengan karyawan jadi jangan heran kalau kita berkunjung ke Sate Ratu terus lihat pak Budi lagi bakar sate. 😁 Begitu pula dengan pak Nanang, partner pak Budi dalam menjalankan bisnisnya ini tidak segan melayani pelanggan seperti mengantar pesanan ke meja atau beres-beres piring kotor di meja.

Menu yang Disajikan Sate Ratu


Sate Ratu menyajikan tiga menu yang konsisten sejak dibangunnya brand Sate Ratu yaitu Sate Merah, Lilit Basah dan Ceker Tugel. Saat ini bahkan Sate Ratu berinovasi dengan menyajikan sate kulit dan kuah kaldu ayam.


Sate Merah

Sate Merah yang siap disantap. Dokpri

Menu sate merah terinspirasi dari sate rembiga dari lombok yang kemudian dipadukan bumbunya dengan bumbu sate banjarmasin. Perpaduan bumbu kedua sate ini menjadikan Sate Merah memiliki rasa rempah-rempah yang kuat dan rasa pedas yang menggugah selera, apalagi dimakan selagi masih hangat.

Lilit Basah

Lilit Basah dengan taburan bawang dan acar mentimum. Dokpri

Nah kalau menu ini terinspirasi dari sate lilit, tapi nggak pakai tusuk jadi dinamakan lilit basah. Tekstur daging ayamnya empuk dan lembut, bumbu rempahnya meresap ke dalam daging ayam,  tidak lupa ada taburan bawang goreng, serta yang terkahir ada acar mentimunnya. Kombinasi kesemuanya ini berhasil membuat lidah bergoyang saat sepotong lilit basah memasuki rongga mulut.


Ceker Tugel


Jangan pernah menyepelekan ceker ayam, karena sekalinya dimasak dengan bumbu nusantara, bakal jadi cemilan favoritmu.

Sebagai penikmat ceker ayam, ceker tugel bisa dicicipi juga saat mengunjungi Sate Ratu. Apalagi kalau Jogja udaranya sedang dingin seperti sekarang, kuah ceker tugel yang kaya rempah dan pedasnya cabai akan menggugah selera makan yang pada akhirnya membuat tubuh terasa hangat.



Ya itulah kenapa di abad 16 orang Eropa cari rempah sampai nusantara, ya  rempah-rempahnya digunakan untuk menghangatkan tubuh waktu musim dingin, salah satunya lewat masakan berbumbu rempah.

Sampai saat ini sudah ada 74 negara di dunia yang mengunjungi Sate Ratu. Nah pelanggan dari luar negeri ini biasanya menuliskan pengalamannya ketika mencicipi menu Sate Ratu dengan menuliskannya di tempat yang sudah disediakan. Selain itu mereka juga tidak segan menuliskan pengalamannya mencicipi menu sate Ratu di Tripadvisor. Makannya terkenal banget kan Sate Ratu di Tripadvisor 😁. Jadi jangan heran kalau ketemu pelanggan dari luar negeri saat kamu berkunjung ke kedai Sate Ratu ya.
😁
Pak Nanang dan pak Budi (berkaos hitam) sedang foto bersama teman-teman blogger -- Kompasianer Jogja. Dok : Kompasianer Jogja


Sate Ratu
Alamat : Jogja Paradise Foodcourt, Jl.Magelang km.6 Yogyakarta
Buka : Senin s/d Sabtu, pukul 09.00- 21.00
Instagram : @sateratu
Twitter : @sateratujogja







Kanistri Botanicals, Skincare Lokal yang Ramah Lingkungan

Tidak ada komentar

Dua skincare dari Kanistri Botanicals yang ramah lingkungan. Dokpri


Aku pernah punya pengalaman buruk dengan krim abal-abal sekitar tahun 2010—penjualnya sih ngakunya racikan dokter-- dari teman kos. Sekitar semingguan pakai tuh kulit wajahku mengelupas, yang paling parah di dekat cuping hidung sampai terasa perih. Setelah kejadian itu, aku berhenti menggunakan krim tersebut dan berusaha mengembalikan kulit wajah seperti semula dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menyimak setiap thread di female daily yang aware dengan kesehatan kulit.



Berawal dari ngobrolin tentang skincare, pengalaman buruk menggunakan krim abal-abal kemudian aku ceritakan kepada mbak Thea (kan mbak Thea juga silent reader di forum female daily). Mbak Thea itu teman sekelas, teman jajan, teman berhaha-hihi 😁 waktu di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan teman yang berkompeten di bidang meracik skincare (sesuai dengan background pendidikannya dong). Walaupun sudah jarang bertemu dikarenakan mbak Thea melanjutkan S2 di ibu kota, tetapi komunikasi kami tetap berjalan lancar melalui media sosial. 

Kenalan Yuk Sama Kanistri Botanicals

Instagram Kanistri Botanicals

Sejak tahun 2013, mbak Thea membentuk Kanistri Soapworks yaitu sabun alami buatan tangan alias handmade. Misi awal pembentukan Kanistri Soapworks adalah menciptakan produk sabun buatan tangan yang ramah untuk kulit dan juga ramah lingkungan. Sabun dari Kanistri Soapworks tidak memakai pewarna, petrochemical, paraben,  dan SLS (detergent/agen busa), jadi bisa meminimalisir pencemaran lingkungan. Kanistri Soapworks kemudian vakum di tahun 2015-2017 karena mbak Thea sendiri sibuk dengan kuliahnya. 

Pada awal tahun 2018, Kanistri Soapworks kemudian berubah nama menjadi Kanistri Naturals dengan konsep baru. Jadi Kanistri Naturals tidak hanya menyajikan sabun tetapi juga merambah ke dunia skincare seperti masker wajah dan produk perawatan tubuh lainnya yang menggunakan bahan-bahan alami. 

Tahun berganti, nama Kanistri Naturals kemudian berubah menjadi Kanistri Botanicals karena sekarang produk skincarenya sudah memakai perpaduan bahan alami dengan teknologi modern tanpa meninggalkan misi awal. 

“Misalnya gini deh, dulu masker dari Kanistri itu berupa daun-daun kering yang dicampurkan kemudian bisa diaplikasikan untuk masker wajah. Sekarang daun-daun tersebut udah diambil ekstraknya kemudian dipadukan dengan beberapa bahan modern yang legal digunakan untuk produk skincare. Jadi sekarang udah bisa produksi serum dari ekstrak daun pegagan, akar manis dan sebagainya. Kalau menggunakan pengawet ya pilih pengawet yang biasa digunakan untuk produk organik, jadi aman.”,  jelas mbak Thea tentang perubahan nama Kanistri Naturals menjadi Kanistri Botanicals. 

Selain itu, salah satu misi terbesar Kanistri Botanicals adalah mengibarkan merk lokal di negeri sendiri dan nggak kalah sama produk impor dari luar negeri. Kan Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa ini kaya flora yang bisa dimanfaatkan untuk skincare. 

Produk-produk Kanistri Botanicals sampai saat ini sudah lumayan banyak, ada sabun batang, sabun cair, serum, masker wajah dan scrub badan. Bahkan rencana terbaru yang dibisikin mbak Thea adalah Kanistri Botanicals akan mengeluarkan dua jenis toner. Kalau penasaran sama harga produknya, ready atau nggak produknya atau bahkan mau belajar bikin sabun, mending kepo langsung aja ke instagramnya Kanistri Botanicals.



Produk Kanistri Botanicals yang Aku Gunakan

 

Rasa penasaran meyergap saat mendengar namaku dipanggil oleh kurir dibalik pagar rumah. Paketan dari siapa ya? isinya apa ya? pertanyaan yang melintas di benakku membuatku segera membuka pagar rumah untuk menerima isi paket. Ternyata paketan dari mbak Thea yang berisi dua produk Kanistri Botanicals. Ah jadi nggak sabar buat cobain produknya.😁

Liquid  Castile Soap Face and Body Cleanser 97% Olive Oil

Liquid Castile Soap dengan 97% olive oil. Dok : Kanistri Botanicals

Beberapa bulan terakhir ini emang aku sensitif sama sabun wajah alias facial wash, keputusan untuk kembali ke sabun wajah berbahan alami udah bulat dan beruntungnya ada kiriman sabun cair berbahan dasar olive oil dari Kanistri Botanicals.
Liquid Castile Soap yang aku coba yaitu varian Tea Tree.
Warna cokelat dihasilkan setelah sabun cair ini dikocok terlebih dahulu. Dokpri


Tekstur sabun cairnya ini beneran cair, nggak pakai pengental dan busanya sedikit waktu digosokkan ke kulit wajah. Terus setelah dibilas dengan air bersih, wajah terasa bersih padahal cuma sekali bilas. Jadi yang sekali bilas sekarang nggak cuma pewangi pakaian, tapi sabun dari Kanistri Botanicals juga sekali bilas loh. 😍

Terus aku suka wangi olive oilnya, dan yang aku pakai ini ada sedikit wangi tea tree (varian teatree). Sabun cair dikemas dengan menggunakan botol yang aman dari tumpah dan mudah dibawa kemana-mana. Kemasannya ada yang 100 ml dan 250 ml serta penggunaanya harus dikocok terebih dahulu. Varian lain dari sabun ini selain tea tree tuh ada orange, jasmine, geranium, cedarwood, sandalwood,peppermint dan fennel.

Aku memiliki jenis kulit kombinasi yang kadang ngadat karena nggak keurus seperti saat hari raya. Ya hari raya kan udah sibuk silaturahmi kesana kesini, pulang ke rumah udah malem dan kotoran yang menempel di kulit wajah  akan menimbulkan jerawat. Terbukti setelah seharian bersilaturahmi sampai ke Bantul bagian selatan, satu biji jerawat yang lumayan gede muncul di pipi.😩 Terus aku rutin pakai Liquid Castile Soap dan sekitar 4 hari aku pakai jerawatku sudah kempes. 😊Sekarang tinggal ngilangin bekas jerawatnya aja. 

Selain bisa digunakan untuk kulit yang berjerawat, Liquid Castile Soap dari Kanistri Botanicals juga bisa digunakan untuk kulit sensitif, kulit yang alergi terhadap sabun pabrikan, kulit yang sangat kering dan kulit bayi. Seneng banget dong aku dapet sabun ini karena bisa dipakai sekeluarga, jadi hemat.😋

Serum Healing Skin Elixer


Pas pengen banget beli serum, pas dapet kiriman serum Healing Skin Elixer dari Kanistri Botanicals, semuanya serba pas. 

Healing Skin Elixer. Dok : Kanistri Botanicals

Nah Healing Skin Elixer selain sebagai serum, bisa digunakan untuk base make up, praktis banget kan.😁 Sebelum aku cerita gimana hasil penggunaan Healing Skin Elixer di kulit wajahku, sebaiknya kenalan dulu sama bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Healing Skin Elixer.
 
Bahan-bahan alami yang digunakan untuk membuat Healing Skin Elixer diantaranya ekstrak air herba pegagan (Centella asiatica). Nggak nyangka daun pegagan yang kadang tumbuh liar di pekarangan bisa jadi bahan skincare. Pegagan ini ternyata kaya akan kandungan saponin, flavonoid, dan asam lemak. Terus antioksidan dari pegagan juga bermanfaat untuk mencegah tanda-tanda penuaan pada kulit wajah. Selain itu pegagan juga bermanfaat untuk rejuvenasi sel kulit, membantu pemulihan bekas luka dan bekas jerawat. 

Bahan kedua untuk pembuatan skin healing elixer yaitu ekstrak air akar manis (Glycyrrhiza glabra) yang sudah teruji secara klinis sebagai pencerah kulit dan memudarkan bekas jerawat. Kemudian bahan ketiga adalah vitamin B 3 yang digunakan untuk menutrisi kulit wajah dan bahan yang terakhir adalah Allantoin yang ditemukan pada daun Comfrey. Allantoin ini mampu menjaga elastisitas kulit wajah, melembutkan dan mencegah iritasi. 
Kecil-kecil banyak manfaatnya nih serum Healing Skin Elixer. Dokpri

Nah melihat komposisi bahan alami yang digunakan untuk membuat serum Healing Skin Elixer, bikin aku nggak khawatir untuk menggunakannya setiap hari. Healing Skin Elixer ini kan agak kental teksturnya, jadi aku ambil lima tetes aja untuk dipakai di wajah sebelum penggunaan moisturizer tetapi sesudah penggunaan toner. Walaupun terlihat agak kental tapi ternyata serum ini gampang banget menyerap ke kulit wajah kok. Bekas jerawatku yang di dagu sekarang sudah mulai pudar setelah rutin pakai serum Healing Skin Elixer. Oh iya kemasan serum Healing Skin Elixer ini pakai botol kaca 15 ml plus udah ada pipetnya, jadi gampang banget ambil serum dan nggak khawatir tumpah.

Sampai sekarang aku masih rutin pakai Healing Skin Elixer dan Liquid Castille Soap dari Kanistri Botanicals karena aku percaya skincare ini dibuat oleh tangan yang berkompeten di bidangnya plus ramah lingkungan. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih kepada mbak Thea selaku owner Kanistri Botanicals--dari ngobrol-ngobrol sampai belanjut ke icip skincare-- dan semoga Kanistri Botanicals terus berinovasi untuk menghadirkan produk-produk baru yang tidak kalah saing dengan produk impor dari luar negeri.

Jejak Kejayaan Kerajaan Islam di Pleret

Tidak ada komentar


Museum Sejarah Purbakala Pleret. Dok : Dimas Anggoro
Menjalani puasa di bulan Ramadan itu memberikan berbagai momen terbaik untuk yang menjalankannya. Bahkan momen tersebut kadang diabadikan lewat media sosial atau sekedar jepretan kamera. Tak jarang momen tersebut juga berhasil terekam apik di kepala. Berikut ini adalah cerita momen terbaikku selama bulan Ramadan tahun ini.
Mengenal sejarah peradaban sebuah bangsa adalah sesuatu yang sangat menarik hati. Apalagi berkaitan dengan suku Jawa, suku dimana aku dilahirkan dan dimana segelintir orang menyebutnya dekat dengan klenik, jimat dan lain-lain. Momen untuk mengenal jejak sejarah salah satu kerajaan islam terbesar yang pernah ada di pulau Jawa, adalah momen terbaik selama Ramadan tahun ini.

Berawal dari iseng-iseng buka instargram, lalu searching Museum Sejarah Purbakala Pleret, aku menemukan sebuah poster yang berisi berjudul Untukmu Museum Pleret. Ada lomba fotografinya juga tapi bagiku yang penting bisa explore Museum Sejarah Purbakala Pleret dulu. Soalnya udah sering lewat tapi belum pernah mampir. Bahkan untuk melihat situs kejayaan sebuah kerajaan Islam di Pleret, aku hanya bisa melihatnya dari sebuah buku. Nah sekarang ada momen terbaik untuk mengenal jejak peradaban tersebut, jadi kenapa nggak ikut? Akhirnya aku mendaftarkan diri untuk ikut berpartisipasi dalam lomba foto di Museum Sejarah Purbakala Pleret.

Sabtu, 25 Mei 2019
Teriknya sinar matahari tidak terlalu ku hiraukan saat menyusuri jalanan berdebu menuju Museum Sejarah Purbakala Pleret. Sesampainya disana, ada sambutan hangat dari teman-teman mahasiswa jurusan Komunikasi UAJY yang tergabung dalam @ini.picnic . Merekalah yang jungkir balik mempersiapkan acara lomba foto museum sejarah purbakala Pleret --yang tentunya sudah di acc oleh pihak museum. "Jadi kami harus mencari tau kesulitan apa yang dialami museum untuk berkembang dan menguraikannya, sebagai mata kuliah puncak", ungkap ketua @ini.picnic saat aku tanyakan tentang acara ini.

Workshop Fotografi


Waktu bergulir, materi fotografi singkat disampaikan oleh Dimas Tarigan, seorang fotografer profesional yang sudah lama malang melintang di dunia fotografi. Selain materi,  berbagai momen terbaik yang berhasil diambil oleh Dimas Tarigan ditampilkan dengan apik di layar. Satu kata, keren!
"Ambil foto juga harus pakai attitude", pesannya.

Mengenal Kejayaan Mataram Islam

Sebelum berkeliling, suguhan video tentang kerajaan islam di nusantara menjadi sebuah pembukaan. Sejarah panjang Mataram Islam, dimulai dari berdirinya Mataram Islam, kemudian penyerangan Mataram Islam terhadap VOC di Batavia selama pemerintahan Sultan Agung hingga masa pemerintahan raja Amangkurat I yang memindahkan keratonnya ke wilayah Pleret, disajikan oleh video tersebut.

Reruntuhan Masjid Agung Kauman Pleret

Reruntuhan masjid Agung Pleret sekarang sudah diberi atap. Dok : Dimas Anggoro

Waktu yang ditunggu-tunggu sudah tiba, aku memutuskan untuk ikut mengunjungi reruntuhan Masjid Agung Kauman Pleret yang menurut sejarah adalah masjid terbesar selama masa kerajaan Mataram Islam.
Pandangan mata menatap sebuah batu yang disebut umpa. Umpak besar itu merupakan tempat untuk meletakkan penyangga atap masjid. Dari umpak tersebut, bayangan besarnya masjid sudah mulai terlihat. Apalagi ditambah dengan penjelasan dari pihak Museum Sejarah Purbakala Pleret, semakin mudah membayangkan besarnya masjid pada saat itu.
Perbandingan tiang dan batu umpak. Dok : Dimas Anggoro

Tetapi banyak hal yang membuat masjid besar ini tinggal puing-puingnya saja. Pemberontakan Trunojoyo sih nggak seberapa merusak masjid, tapi karena usia masjid dan sempat ditinggalkan penduduknya membuat masjid ini rusak. Selain itu adanya pembangunan PG Kedaton Pleret semasa pemerintahan Kolonial Belanda, yang menggunakan semen merah dari bangunan masjid dan penjarahan itu yang membuat bangunan masjid hanya menyisakan puing-puingnya di dalam tanah. Keadaan ini seolah menenggelamkan sejarah bahwa di Pleret pernah ada masjid milik keraton Mataram Islam yang besar.
Bekas pengimaman di reruntuhan masjid agung Pleret. Dok :  Dimas Anggoro


Situs Kerto

Umpak yang ditemukan di situs Kerto. Terlihat hiasannya yang menggambarkan huruf hijaiyah.
Dok : Dimas Anggoro

Menurut mbak Retno sebagai edukator museum Pleret, dahulunya situs Kerto ini terkubur di sekitar rumah warga. Jadi pihak BPCB harus melakukan upaya pembebasan lahan untuk menggali situs. Beberapa hasil penggalian berupa umpak besar dengan hiasan huruf hijaiyah yang jika digabungkan membentuk kata Muhammad--sebuah dakwah yang khas dari leluhur kita.
Reruntuhan keraton Kerto. Dok : Dimas Anggoro

 Selain itu, penggalian juga memperlihatkan dinding-dinding keraton yang terbuat dari susunan batu bata merah dan batu putih. Sultan Agung dulu tinggal di keraton Kerto. Sepeninggal beliau, keraton Kerto dipindahkan ke Pleret oleh Susuhunan Amangkurat I. Kemudian  Susuhunan Amangkurat I juga melanjutkan pembangunan Segoroyoso yang akhirnya dipergunakan untuk tempat latihan militer.

Peninggalan di Museum


Sebenarnya museum didesain untuk menampung benda-benda purbakala di kabupaten Bantul. Tapi karena terbatasnya tempat, koleksi museum masih terbatas juga. Peninggalan berupa arca, alat ibadah, keramik dan berbagai jenis perhiasan masa hindu- budha tersimpan di bangunan paling barat museum. Di museum juga terdapat hologram yang menyajikan pembuatan keraton Pleret termasuk Segoroyoso di dalamnya.
Sementara itu sumur Gumiling peninggalan keraton Pleret, ada di bagian depan.


Mengenal jejak sejarah kerajaan Mataram Islam yang disajikan oleh Museum Sejarah Purbakala Pleret adalah sebuah momen terbaik bagiku selama Ramadan tahun ini. Selain siraman rohani, siraman sejarah juga dibutuhkan agar kita mengingat perjuangan mereka dalam menegakkan ajaran islam di nusantara, khusunya pulau Jawa dengan ciri khas tersendiri.