Mau Liburan ke Kota Lama Semarang? Tenang #PastiAdaOYO

Tidak ada komentar

Wajah Kota Lama, Semarang.
Dok : Aga Yurista

Pengalaman Mencari Penginapan di Semarang


Saat masih kuliah di tahun 2013, seorang teman mengajak saya untuk menjejakkan kaki di Semarang. Dia diminta oleh kakaknya untuk legalisir ijazah di Universitas Sultan Agung. “Kakak mau daftar CPNS soalnya, jadi harus sekarang juga”, jelasnya saat kami mengobrol di depan kelas.

Dikarenakan membutuhkan waktu seharian untuk urus legalisir, kami akhirnya memutuskan untuk bermalam di Semarang. Tapi untuk mendapatkan penginapan tentu tidak mudah pada tahun 2013. Setelah selesai dengan keperluan di Universitas Sultan Agung, kami berputar-putar mencari penginapan menggunakan taksi.  Setelah berputar-putar sekitar satu jam, akhirnya kami dapat penginapan yang disarankan oleh seorang warga yang kami temui. Untuk mencapai penginapan tersebut lumayan ribet dengan masuk ke dalam gang. Bahkan sampai sekarang saya tidak ingat penginapan tersebut terletak di daerah mana.

Penginapan yang dikategorikan homestay itu memberikan harga yang lumayan mahal. Tetapi bagaimana kami menolaknya karena sudah terlalu lelah untuk berputar-putar mencari penginapan menggunakan taksi. Artinya kalau mencari penginapan lagi sama saja bayar taksi lagi kan?

Kalau tidak salah ingat, tarif penginapan tersebut per malam dibanderol sebesar 300ribuan pada tahun 2013. 

Pengalaman susahnya mencari penginapan dengan harga yang terjangkau dan tempat yang strategis ini akhirnya membuat saya setia menggunakan aplikasi yang menawarkan penginapan. Apalagi untuk mengunjungi kota yang menarik seperti Semarang, wajib banget googling dulu tempat penginapannya.


Kota Semarang


Sebagai penikmat sejarah kolonial, saya suka menjelajahi  jejak-jejak kolonial di negeri ini .Salah satunya mengunjungi sebuah kota pelabuhan yang terletak di pesisir utara pulau Jawa yaitu kota Semarang. Saya sendiri tinggal di Jogja, jadi tidak terlalu jauh untuk menempuh perjalanan menuju kota Semarang.

Sungai yang mengalir di dekat Kota Lama.
Dok : Aga Yurista


Kota Semarang pernah dijuluki Venetie van Java oleh orang-orang Belanda di masa lalu. Hal itu tidak mengherankan karena kota Semarang dilalui oleh banyak sungai. Bahkan dalam sebuah lagu berbahasa jawa menuliskanKota Semarang pada sebuah lirik “semarang kaline banjir”.

Secara administratif kota Semarang menghubungkan kabupaten Semarang, Kendal dan Demak. Kota ini juga memiliki pelabuhan yang sangat sibuk bernama Tanjung Emas.

Untuk menempuh perjalanan dari Jogja menuju Semarang lebih mudah menggunakan bus dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam. Tetapi sekarang bisa juga ditempuh menggunakan kereta api di jam-jam tertentu dengan tarif yang terjangkau. Opsi terakhir tentu menggunakan kendaraan pribadi melewati jalan raya yang sama dengan bus.

Menurut berbagai literatur sejarah, kota Semarang dulunya merupakan wilayah milik Kerajaan Mataram Islam. Tetapi semasa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono I, kota ini dilepaskan kepada VOC. Makannya tidak heran jika Semarang kemudian memiliki bangunan peninggalan kolonial yang masih berdiri kokoh dan menarik untuk dikunjungi.


Little Netherland “Kota Lama” Selalu Memanggil Untuk Kembali 


Pertama kali saya mengunjungi Kota Lama Semarang itu di tahun 2010 dan saya kesana sendirian. Di tahun 2010, masih jarang sekali orang mengunjungi Kota Lama.

Bahkan  seorang ibu sepuh yang saya temui di dalam angkot berpesan, “hati-hati mbak kalau ke Kota Lama sendirian soalnya disana banyak preman”.

Tetapi karena Kota Lama sudah terlihat di sebrang sungai, maka saya tidak menurungkan niat untuk berkunjung walaupun hanya sampai di depan gereja Blenduk sambal celingak celinguk takut ada pemerasan.
Saya mengunjungi Kota Lama,
di tahun 2013.
 Dokpri



Tiga tahun kemudian saya juga berkesempatan mengunjungi kota Lama kembali bersama teman yang saya ceritakan diatas tadi. Suasana di kota lama sudah jauh lebih menyenangkan daripada tahun 2010. Beberapa orang juga sudah terlihat mulai mengunjungi kota lama, buktinya untuk berfoto di depan gereja Blenduk saja harus bergantian.

Saya berfoto di depan gedung kolonial,
tahun 2013
Dokpri


Selanjutnya di tahun 2015, saya berusaha untuk menyusuri gang di kota lama yang diapit oleh Gedung-gedung tinggi peninggalan Belanda. Saya menginjakkan kaki di kota Lama menjelang senja, jadi hanya bisa menyusuri sebagian gang saja. Saya menyusuri gang  di sebelah Gedung Marba kemudian berputar melewati gedung-gedung tinggi sampai akhirnya ke Jembatan Berok.

Gereja Blenduk Semarang.
Dok : Aga Yurista


Kehadiran orang-orang yang menikmati kota Lama seperti saya ternyata disambut baik oleh pemerintah kota Semarang.   Hal ini dibuktikan dengan adanya revitalisasi Kota Lama tahap 1 yang dimulai sejak tahun 2017. Kemudian revitalisasi Kota Lama saat ini memasuki tahap kedua.
Nah untuk mengelilingi Kota Lama, pemerintah kota Semarang ternyata sudah meluncurkan sebuah aplikasi yang berfungsi sebagai pemandu.

Walaupun sudah berkali-kali mengunjungi kota Lama, saya merasa belum puas karena belum menyentuh Kota Lama sampai ke sudut-sudutnya. Apalagi saat melihat postingan seorang teman yang berisi beberapa bangunan di kota Lama sudah mulai dibenahi agar terlihat lebih cantik. Seperti gedung Spiegel yang sudah menjadi Bistro, Marba yang sudah dicat ulang, Gedung-gedung di dekat jembatan Berok yang sudah bersolek cantik (padahal terakhir kali berkunjung tuh atapnya hampir roboh) dan masih banyak lagi. Bahkan beberapa bulan yang lalu ada parade festival Kota Lama. Sayangnya waktu belum berpihak kepada saya, kesempatan untuk mengunjungi Kota Lama belum juga terealisasi.


Kenyamanan si Kecil Saat Menginap adalah Prioritas Traveling


Nah dalam melakukan traveling, pasti kita membutuhkan tempat untuk beristirahat. Apalagi seperti saya yang memiliki batita, memilih tempat penginapan itu sangat penting. Tidak mungkin saya menyewa sejenis dormitory seperti waktu masih single.

Dok : OYO Hotels Indonesia


Untuk melakukan traveling, hal pertama kali yang dicari adalah penginapan yang sesuai dengan budget di kantong . Kategori penginapan yang saya cari tentunya harus terjangkau dengan isi dompet, dekat dengan transportasi umum dan memberikan kenyamanan maksimal. Oleh karena itu pilihan saya jatuh kepada OYO Hotels Indonesia yang sudah tersebar di 100 kota di Indonesia. Dengan #PastiAdaOYO jaringan hotel ini mudah sekali ditemukan di berbagi wilayah seluruh Indonesia.

OYO memberikan beberapa kategori penginapan yang disesuaikan dengan budget para traveler, yaitu

  1. OYO Flagship yang memberikan kamar nyaman dengan harga terjangkau
  2. OYO Collection O berupa hotel premiumdengan lokasi dan infrastruktur sangat baik
  3. OYO town house yang didesain sesuai dengan gaya milenial
  4. OYO Smart memberikan kamar nyaman yang dapat diandalkan dengan harga terjangkau
  5. OYO Capital O didesain dengan keunggulan infrastruktur dan aksesibilitas.

Nah selain itu OYO Hotels Indonesia menawarkan berbagai  promo yang menarik di waktu yang tepat. Seperti pada bulan November ini, OYO Hotels menawarkan harga Rp 18.000 di hotel-hotel tertentu yang bisa dicek pada aplikasi OYO. Pada tanggal keren seperti 11.11, OYO juga punya Harbolnas (Hari Booking OYO Hotels Nasional) yang menawarkan promo menginap hanya Rp 99.000 dengan periode booking dari tanggal 11 sampai 13 November 2019 dan periode menginap sampai akhir November 2019.

Untuk update promo yang ditawarkan OYO Hotels bisa di cek di aplikasi OYO mobile dan media social OYO.  Aplikasi OYO juga memiliki versi kecil yang tidak memakan space di dalam smartphone kita yaitu OYO Lite. Saya pakai OYO Lite soalnya memori smartphone hampir penuh.


Mau Ke Semarang Lagi?


Kalau dikasih pertanyaan : mau ke Semarang Lagi? Jawaban saya sudah pasti IYA.

Salah satu gedung kolonial di Kota Lama
Dok :Aga Yurista

Soalnya Kota Semarang memiliki berbagai destinasi wisata juga sudah dijangkau oleh OYO Hotels Indonesia. Sebenarnya di penghujung tahun ini saya merencanakan untuk menuntaskan berkeliling ke Kota Lama bahkan sampai ke sudut-sudutnya. Apalagi jika mendapatkan diskon 70% dari OYO, saya bisa menghemat untuk biaya penginapan. So, dana yang tadinya digunakan untuk penginapan bisa dialihkan untuk memanjakan lidah.  Seperti mencicipi bebek gongso legendaris yang terletak di samping Gedung Marba atau nasi goreng babat pak Karmin dekat Jembatan Mberok.

Nasi goreng babat pak Karmin.
Dok : Merdeka.com


Kabar gembiranya adalah OYO Hotels ternyata ada yang letaknya tidak jauh dari Kota Lama.  Dengan kabar gembira ini, emak-emak berprinsip hemat seperti saya tidak akan mejerit dengan biaya transportasi ke Kota Lama dong. Kan mudah sekali menemukan OYO Hotels #PastiAdaOYO.

Tidak ada komentar