Jogja Yang Hilang : Menyingkap Jejak Pabrik Gula di Jogja

Tidak ada komentar


Gula yang mudah kita temukan dimana saja, ternyata punya sejarah yang sangat panjang namun dengan bukti minim. Sebuah pameran foto Suikerkultuur Jogja Yang Hilang dua tahun lalu, mampu memberikan gambaran tentang sejarah industri gula beserta bukti-bukti peninggalannya yang masih tersisa di Yogyakarta. Selanjutnya, Bentara Budaya Yogyakarta juga menyusun buku yang berjudul sama : Jogja Yang Hilang.


Gudeg, salah satu kuliner yang wajib dicoba saat main ke Jogja.
Dok : gudeg.net


Sudah pernah mencicipi kuliner dari Jogja seperti gudeg? Kalau udah pernah,  pasti nggak asing banget dengan cita rasa manis yang dominan.

Waktu pertama kali tinggal di Jogja, aku sempat kaget dengan cita rasa kulinernya yang cenderung manis. Lha wong sambel aja ada manis-manisnya kok. 😅

Bagaimanapun juga sepertinya manisnya gula tidak bisa terpisahkan dari (sebagian besar) kuliner Jogja. Yup, gula yang ada di meja kita ternyata punya sejarah yang sangat panjang. Namun sayangnya bukti-bukti sejarahnya minim. Seperti bangunan fisik bekas pabrik gula banyak yang sudah rata dengan tanah.

Ibu selalu bilang pokoknya pakai gula itu hukumnya wajib dalam setiap masakan, ben mantep! 😂

Pameran Foto : Jogja Yang Hilang

Suasana pameran foto Jogja yang Hilang.
Dokpri

Adalah sebuah pameran foto bertema "Jogja Yang Hilang" dua tahun lalu. Pameran foto ini mampu memberikan gambaran tentang sejarah industri gula, beserta bukti-bukti peninggalannya yang masih tersisa di Jogja. 

Pameran foto yang diinisiasi oleh Pak Hermanu, seorang kurator Bentara Budaya Yogyakarta ini bertujuan untuk menambah pengetahuan kepada generasi muda tentang kejayaan masa lalu pabrik gula di Yogyakarta yang hampir semuanya sudah rata dengan tanah. 

buku Twentieth Century Impression of 
Netherlands Indie,
sumber foto lawas pabrik gula.
Dokpri


Beliau mendapatkan dorongan kuat untuk memamerkan foto-foto lawas pabrik gula setelah melihat buku berjudul Twentieth Century Impression of Netherlands Indie  yang terbit pada tahun 1909. Dalam pelaksanaanya, beliau menggandeng komunitas Roemah Toea untuk mendokumentasikan keadaan terkini peninggalan pabrik gula yang masih tersisa di Jogja.

Museum Dirgantara Mandala eks PG Wonotjatoer.
Dokpri


Saat ini bangunan pabrik gula yang masih dimanfaatkan adalah eks PG Wonocatur, yang diubah menjadi museum Dirgantara Mandala. 

Sejarah Panjang Industi Gula di Jawa

Jogja punya banyak peninggalan dari masa Hindu-Buddha, yang berarti dari peninggalan-peninggalan tersebut kita dapat mengetahui sejarah panjang industri gula. Sebenarnya belum tepat kalau disebut industri, lebih tepatnya disebut produksi gula rumahan.

Produksi gula rumahan yang dikelola oleh rakyat ini kemudian dilirik oleh bangsa belanda, tepatnya saat Cornelis de Houtman menginjakkan kaki di pulau Jawa pada abad ke 17. Kemudian setelah VOC menancapkan kukunya di pulau Jawa, industri gula mulai dilirik. Bisa jadi hal tersebut merupakan awal dari industri gula di pulau Jawa yang kemudian mencapai puncaknya dengan produksi 2.000.000 ton dari 179 pabrik gula di pulau Jawa.

Nah untuk wilayah Vorstenlanden (Yogyakarta dan Surakarta) terdapat banyak pabrik gula besar yang beroperasi. Pada tahun 1921 terdapat 17 pabrik gula di Jogja dan 13 pabrik gula di Surakarta. Bahkan beberapa tahun kemudian jumlah pabrik gula di Jogja bertambah menjadi 19. Jadi tidak salah jika saat itu Jogja dijuluki sebagai Land of Sugar. Mulai dari sebelah barat ada PG Sewugalur, kemudian di selatan ada PG Pundong, di utara ada PG Medari dan di sebelah timur ada PG Randugunting.

Buku Suikerkultuur Jogja Yang Hilang

buku Jogja yang Hilang
karya Bentara Budaya Yogyakarta.
Dokpri

Setelah selesai dengan event pameran, Bentara Budaya Yogyakarta juga menyusun buku yang berjudul sama. Dalam buku ini dibahas perkembangan industri gula di pulau Jawa terutama di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu sejarah selalu berprinsip no data no history. Dalam buku ini disajikan data, foto lawas, dan foto terkini dari 19 pabrik gula yang pernah berdiri di Jogja.

Foto before after pabrik gula ada di dalam buku ini.
Dokpri


Tidak hanya membahas naik turunnya pamor pabrik gula, buku ini juga menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan pabrik gula. Seperti bagaimana pengaruh keberadaan pabrik gula kepada masyarakat sekitar, pengaruh biro teknis E.Rombout pada pabrik gula di Jawa, para raja gula di Yogyakarta, kehancuran pabrik gula, masa pendudukan Jepang dan terakhir kesaksian Elvire Jenny Vernez, seorang survivor dari kamp internir eks pabrik gula Sewugalur.

Cerita tentang survivor kamp eks pabrik gula juga ada di dalam buku ini.
Dokpri


Masih penasaran? Yuk baca buku Jogja yang Hilang sampai tuntas. 

Sejarah Tidak Bisa Diceritakan Kepada Anak Cucu Tanpa Bukti Tertulis


Di dalam buku disajikan foto pabrik gula Sewugalur dulu dan sekarang.
Dokpri

Aku pernah blusukan ke kelurahan Karangsewu di Galur, Kulon Progo. Disana ada daerah yang dikenal dengan nama Mbabrik. Saat bercakap-cakap dengan warga, mereka mengaku tidak tau bahwa di Mbabrik dulunya berdiri pabrik gula bernama PG Sewoe Galoer.

Sebuah missing link sejarah seperti ini sering ditemui di masyarakat kita. Entah karena tidak adanya bukti tertulis atau sesepuh desanya sudah meninggal tanpa sempat bercerita mengenai asal usul daerah tersebut. 

Oleh karena itu aku sangat mengapresiasi Bentara Budaya yang akhirnya meluncurkan buku berjudul Jogja Yang Hilang sebagai upaya untuk meninggalkan jejak tertulis yang bermanfaat bagi generasi selanjutnya.  

Bagaimanapun juga pabrik-pabrik gula yang pernah berdiri di Yogyakarta ini memiliki kontribusi penting dan tidak dapat dihilangkan dari sejarah perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sejarah yang dituliskan tidak akan hilang ditelan oleh jaman, kecuali memang sengaja dihilangkan demi kepentingan tertentu. 


Tidak ada komentar