Kulit Gatal Kemerahan, Mungkin Dermatitis?

Tidak ada komentar

 

Mencuci tangan akan menjadi sebuah kegiatan yang menyakitkan bagi penderita Dermatitis
Mencuci tangan akan menjadi sebuah kegiatan yang menyakitkan bagi penderita Dermatitis. Dok : Pixabay

Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu saat kulit kita bermasalah. Seperti masalah kulit terasa gatal dan kemerahan, yang bisa jadi merupakan gejala terkena dermatitis. Saat mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan seperti aku, yang harus mengalami masa-masa sulit untuk sekedar mencuci tangan. 

Awal Kena Dermatitis, Dikira Kena Kutu Air

Cuci piring terasa menyiksa bagi penderita Dermatitis
Cuci piring terasa menyiksa bagi penderita Dermatitis. Dok : Pixabay

Memiliki wastafel cuci piring yang lebih kecil dari rumah lama membuatku semakin sering mencuci piring. Soalnya kalau tidak segera dicuci, nanti piring kotor akan numpuk di wastafel. Tidak cuma itu aja, sejak sembuh dari Covid aku juga semakin sering mencuci baju. Dalam sehari bahkan bisa mencuci baju sampai 4 kali supaya tidak ada lagi kasus virus masuk rumah gara-gara nempel di baju. Namun dibalik terlalu sering melakukan kegiatan cuci-mencuci, ternyata ada kulit yang tersakiti. Bahkan untuk mencuci tangan pun harus meringis merasakan perihnya kulit yang kena air dan sabun. 

Pertama muncul rasa gatal dan kemerahan di sela-sela jari tangan, mirip seperti kutu air. Karena gejalanya mirip kena kutu air, jadi aku obati dengan salep 88. Rasa hangat yang ditimbulkan salep 88 seketika membuat gatal-gatal itu hilang. Namun setelah rasa hangatnya reda, gatal-gatal itu muncul lagi. Bahkan setelah beberapa hari penggunaan salep 88 secara rutin, kulit tidak membaik.

Gatal pada kulit yang tak kunjung sembuh membuatku mencari obat alternatif lainnya. Obat alami untuk membasmi kutu air seperti bawang putih dan soda kue yang tersedia di rumah aku coba gunakan untuk meredakan gatal. Namun lagi-lagi hasilnya NIHIL. Soda kue tidak memberikan efek apapun dan bawang putih ternyata justru membuat keadaan kulitku semakin memburuk. Bahkan untuk sekedar mencuci piring aku harus menahan rasa sakit dan menggunakan sarung tangan plastik.

Konsultasi Online ke Dokter

Konsultasi ke dokter secara online menjadi pilihan saat pandemi
Konsultasi dokter secara online. Dok : Pixabay

Rasa gatal yang bercampur pedih pada kulit terasa sangat menganggu. Namun aku masih enggan bertemu dokter di masa pandemi. Akhirnya aku mencari jalan lain dengan memilih konsultasi dokter melalui aplikasi Alo Dokter dan Klik Dokter. 

Hasil konsultasi dari Alo Dokter berupa saran untuk konsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis kulit. Sementara itu hasil konsultasi dari Klik Dokter adalah saran penghentian penggunaan bawang putih dan dokter memberikan resep obat untuk mengurangi rasa gatal. Tapi saat melihat harga obat yang diresepkan, aku mengurungkan niat untuk menebusnya. Aku pikir pasti ada obat generiknya yang harganya lebih terjangkau. 

Masih dengan keyakinan kena kutu air, aku kembali mencoba salep kutu air yaitu Fungiderm. Harapannya tentu saja dengan salep yang cocok, kondisi kulit akan membaik. 

Namun setelah penggunaan rutin selama 1 minggu hasilnya NIHIL dan rasa gatal hebat sering menyerang di malam hari sampai membuatku susah tidur. Aku sempat berpikir apakah mungkin terkena scabies dan membayangkan ribuan kutu hidup dibawah kulit. Ngeriiiiii….!!!  

Memutuskan Bertemu Dokter di Klinik 

Dermatitis berupa kulit gatal dan kemerahan
Dermatitis di tangan seperti yang aku alami. Dok : Alo Dokter

“Pi, aku menyerah! Besok pagi harus ke dokter”, ucapku pada Kanjeng Papi saat kami membicarakan keadaan kulitku yang tak kunjung membaik.  

Di masa pandemi berangkat ke klinik untuk sekedar bertemu dokter itu rasanya seperti mau perang. Masker dobel tidak lupa digunakan dan handsanitizer jangan sampai ketinggalan. Beruntung sekali pagi itu klinik masih sepi jadi bisa cepat bertemu dokter.

“dok jangan-jangan aku kena scabies?”, aku ungkapkan kekhawatiranku semalam pada dokter. 

Namun dokter hanya menggeleng dan bertanya, “nyuci baju pakai tangan? pakai detergent merk apa? “. 

Meskipun agak bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan dokter, aku tetap menjawabnya dengan jujur. Tidak lama kemudian dokter menjelaskan bahwa aku terkena Dermatitis. Deg! Pantesan dikasih obat kutu air nggak mempan.

Salep Betamethasone Valerate untuk meredakan peradangan pada kulit
Salep Betamethasone Valerate untuk meredakan peradangan pada kulit. Dokumen pribadi


Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang menimbulkan gejala mengganggu seperti ruam kemerahan serta kulit terasa gatal, kering dan bersisik. --Alodokter

Dermatitis merupakan penyakit kulit jangka panjang (kronis) yang tidak berbahaya. Gejala yang muncul biasanya berupa gatal-gatal pada kulit, namun jika digaruk terus menerus akan menimbulkan luka pada kulit sehingga terjadi infeksi. Kadang-kadang Dermatitis juga disertasi dengan bruntusan kecil yang berisi cairan (blister) atau retakan kulit di bagian dalam yang menimbulkan rasa nyeri (fisura). --Halodoc

Dokter kemudian memberikan resep obat yang terdiri dari antibiotik, obat pereda rasa gatal dan salep Betamethasone Valerate. Setelah mendapatkan obat, aku segera melangkah keluar klinik diiringi rasa kesal. 

“Kenapa nggak kemarin-kemarin ke dokter sih!”, umpatku dalam hati. 

Mendapatkan penanganan yang tepat menjadi kunci keberhasilan meredakan Dermatitis. Tiga hari setelah mengkonsumsi obat, rasa gatal sudah berangsur hilang dan hanya menyisakan kulit yang kasar kemerahan. Penggunaan salep secara rutin juga dapat membantu mengembalikan kelembaban kulit.

Penyebab Dermatitis Belum Diketahui

Sejak mengetahui terkena Dermatitis, aku mengganti merk deterjen dan sabun cuci piring serta membatasi intensitas untuk kegiatan yang sering bersentuhan dengan air dan sabun. Kalau terpaksa harus nyuci baju dalam jumlah banyak, ya tetep aku cuci sih. Tapi waktu udah selesai nyuci, aku langsung mengeringkan tangan dan menggunakan salep. 

Beberapa hari ini air PAM di rumah mati, jadi aku nyuci menggunakan air sumur yang ternyata lebih ramah di tangan. Kalau kata Kanjeng Papi mungkin karena air sumur tidak mengandung klorin seperti air PAM, jadi tidak membuat tanganku gatal dan kemerahan. Bersyukur sekali keadaan kulitku sekarang semakin membaik saat ini. 

Kurang lebih begitulah ceritaku saat terkena dermatitis. Pelajaran berharga kali ini adalah jangan pernah melakukan diagnosa sendiri jika terjadi sesuatu pada tubuh kita, termasuk gatal dan kemerahan yang seringkali dianggap sepele. Jika gatal dan kemerahan terasa mengganggu sebaiknya segera bertemu dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Apakah teman-teman pernah merasakan kulit gatal-gatal seperti aku? Terus penanganannya gimana? Ceritanya aku tunggu di kolom komentar ya. 

Tidak ada komentar