Kolaborasi Pentahelix, Langkah Strategis Untuk Atasi Kusta

Tidak ada komentar

 

Kolaborasi pentahelix merupakan langkah strategis untuk mengatasi kusta
Kolaborasi pentahelix, langkah strategis untuk mengatasi kusta. Dok : Canva

Hari kesehatan sedunia yang bertema " Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta" diperingati pada tanggal 7 April 2022, mengajak kita untuk kembali menyadari betapa pentingnya kesehatan.

Penyakit kusta memang tidak eksis di media karena gaungnya kurang terdengar. Padahal Indonesia masih menempati peringkat ke 3 di dunia sebagai penyumbang penderita kusta, dengan jumlah 17.000 kasus per tahun. Seringkali kita bahkan lupa kalau ada penyakit tropis yang bernama Kusta di lingkungan sekitar.

Selain itu, penderita kusta masih sering mengalami stigma negatif dan diskriminasi di tengah masyarakat. Oleh karena itu kita perlu melakukan kolaborasi pentahelix lintas sektor, dengan tujuan memberantas penyakit kusta sampai tuntas.

Kusta, Penyakit Menular yang Paling Tidak Menular

Penjelasan tentang penyakit kusta oleh dokter Flora Spkk
dr. Flora menjelaskan tentang penyakit kusta. 


Dikutip dari laman Alodokter Kusta disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycrobacterium leprae. Kusta ini dapat menyerang jaringan kulit, syaraf tepi dan bahkan sampai ke jaringan pernapasan. Kusta ditandai dengan mati rasa pada tungkai dan kaki, selanjutnya akan diikuti dengan munculnya lesi pada kulit. 

Menurut Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes, Dipl-STD HIV FINSDV - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), kusta adalah penyakit menular yang paling tidak menular. 

Artinya apa? Penularan kusta terjadi melalui kontak erat dengan penderita kusta yang belum diobati dalam jangka waktu yang lama. 

"kusta bisa menular apabila kontak erat dengan penderita kusta yang belum diobati. Ya kurang lebih kalau kontak eratnya selama 5 tahun. Kalau penderita kusta sudah berobat, tentu tidak menular", papar dr. Flora dalam pebincangannya. 

Penderita kusta pasti sembuh, syaratnya  harus sudah berobat secara tuntas ke dokter. Ketika penderita kusta mempunyai imunyang bisa merespon dengan baik, penyakit tropis ini bisa sembuh dalam waktu 6 sampai 9 bulan. Namun jika imun sudah merespon tidak baik, penderita kusta akan tetap bisa sembuh. Hanya saja waktunya lebih lama yaitu sekitar  2 tahun. Itupun dengan catatan pengobatan yang dilakukan sudah tepat, teratur dan sampai tuntas. 

Penderita kusta jika sudah minum obat, sudah tidak menjadi sumber penularan. apalagi saat ini obat untuk penderita Kusta bisa didapatkan di Puskesmas seluruh Indonesia dengan gratis. 

Selain itu, menurut dokter Flora saat ini belum ditemukan penelitian mengenai penularan penyakit kusta ke janin yang dikandung ibu hamil. 

Seperti yang sudah dituliskan diatas bahwa media kurang menyoroti tentang kusta, menurut R Wisnu Saputra, S.H., S.I.Kom - Jurnalis/Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kab. Bandung, media sudah seharusnya menekankan kepada isu-isu kesehatan terutama fokus kepada penyandang disabilitas kusta. 

Selain itu, kita sebagai masyarakat juga harus lebih hati-hati dengan banyaknya informasi yang beredar. Jangan sampai mendapatkan informasi yang salah tentang kusta, yang akhirnya mengakibatkan diskriminasi terhadap penderita kusta. 

"Masyarakat awam biasanya dapat informasi dari mulut ke mulut. Jadi harus cari info yang valid dulu sebelum sharing", ujar R. Wisnu dalam pemaparannya. 


Cara yang Dapat Kita Lakukan Untuk Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Penderita Kusta


Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Tepat

Setelah mengenal tentang penyakit kusta, diagnosis dini dan pengobatan yang tepat menjadi salah satu cara yang efektif untuk menanggulangi kusta. Lingkungan terdekat harus mendorong penderita kusta untuk berobat agar mendapatkan penanganan yang tepat. 

Dokter Flora juga menambahkan bahwa penyakit kusta bukan hanya ranah dokter spkk, namun kolaborasi antara dokter umum, ahli kesehatan masyarakat dan perawat. 


Kolaborasi Pentahelix Lintas Sektor

Diskusi publik KBR mengenai kolaborasi pentahelix untuk mengatasi kusta
Diperlukan kolaborasi pentahelix untuk memberantas kusta. 

Kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab bersama dan sangat menyeluruh. Kesehatan tidak hanya meliputi kesehatan fisik, namun juga mental, sosial dan spiritual. 

Oleh karena itu diperlukan kolaborasi Pentahelix dari berbagai pihak lintas sektor. Seperti yang sudah dilakukan KBR untuk memberikan informasi yang benar tentang kusta kepada masyarakat melalui siarannya, yang menghadirkan dr. Flora dan R. Wisnu sebagai pembicara. 

Kerjasama pentahelix lintas sektor diharapkan mampu mendorong penderita kusta untuk memeriksakan diri ke tenaga medis sekaligus untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang terjadi di masyarakat. Contoh nyata kerjasama lintas sektor itu adalah upaya bupati Pasuruan yang membentuk program Surya Mas Jelita. Program ini dibentuk untuk mengendalikan dan mengeliminasi penyakit kusta. 

Kerjasama yang melibatkan tokoh masyarakat dan agama juga sangat dibutuhkan untuk memberantas stigma negatif bagi penderita kusta, sekaligus mengendalikan penyebaran kusta di masyarakat. 






Tidak ada komentar