Sumber Hidangan, Toko Roti Legendaris di Bandung yang Wajib Dikunjungi

20 komentar

 

toko roti legendaris di Bandung, Sumber Hidangan
roti klasik dengan rasa otentik di toko Roti Sumber Hidangan.
dokumen pribadi

Sumber Hidangan, sebuah toko roti legendaris di Bandung yang wajib dikunjungi. Daya tarik utama toko roti ini adalah kehadiran bermacam-macam roti klasik dan nuansa tempo dulu, yang membuat kita seolah dibawa ke dalam masa kolonial.

Sumber Hidangan yang bernama asli Het Snoephuis (yang berarti Rumah Manis) sudah berdiri sejak tahun 1929. Jika dibandingkan dengan umur toko roti lainnya, Sumber Hidangan dapat dikatakan sebagai toko roti tertua yang berdiri di kota Bandung. sementara nama "Sumber Hidangan" baru mulai digunakan di tahun 60-an.

Terletak di Kawasan Braga, tepatnya di jalan Braga nomor 22-24, Sumber Hidangan sangat mudah dijangkau oleh berbagai macam moda transportasi.  Namun yang seringkali membingungkan adalah toko ini tidak pernah memasang plang nama, jadi harus cermat dan jeli untuk menemukan toko roti yang didepannya dipenuhi lukisan ini.

papan nama toko roti Sumber Hidangan
papan nama toko roti Sumber Hidangan terdapat di dalam toko saja.
dokumen pribadi


Sumber Hidangan buka dari  pagi sampai sore saja, yaitu pukul 9.30 sampai pukul 16.00 WIB. Waktu aku mengunjungi toko ini pada pukul 10.00 para pengunjung sudah berdatangan dan suasana mulai ramai.

 

Sumber Hidangan Menghadirkan Nuansa Tempo Dulu

Suasana pagi setelah buka di toko Sumber Hidangan
suasana pagi sesaat setelah buka di Sumber Hidangan. dokumen pribadi


Saat pertama kali memasuki  toko roti Sumber Hidangan, seperti memasuki lorong waktu yang membawa kita kepada suasana tempo dulu, lebih tepatnya di masa kolonial. Bangunan toko sama sekali belum pernah direnovasi besar-besaran. Bangunan masih menggunakan arsitektur yang terkenal pada masa kolonial. Hal itu terlihat dari langit-langit toko yang tinggi dengan lampu-lampu yang menjuntai.

Kemudian masih terdapat tegel jadul yang berwarna putih tulang dengan bintik-bintik hitam. Perpaduan keduanya sangat serasi, ditambah dengan tembok yang berwarna putih dan interior berbahan kayu yang berwarna cokelat tua.

Aku membayangkan Sumber Hidangan ini dulunya adalah kafé hits, tempat nonkrong para tuan belanda yang tinggal di Bandung.



ruangan dengan nuansa tempo dulu, cocok untuk menikmati roti klasik dan es krim
Ruangan dengan nuansa tempo dulu yang cocok untuk menikmati roti dan es krim.
dokumen pribadi


Di ruangan sebelah, terdapat beberapa meja dan kursi yang terbuat dari rotan. Ruangan ini disediakan untuk pengunjung  toko roti yang ingin menikmati makanannya secara langsung. Di ruangan ini tidak ada colokan listrik atau wifi, jadi benar-benar digunakan untuk menikmati hidangan yang sudah kita beli.

 

Mencicipi Roti dan Es Krim dengan Cita Rasa Otentik

roti dan kue di Sumber Hidangan menggunakan resep otentik yang turun temurun
kue di etalase Sumber Hidangan.dokumen pribadi


Suasana klasik semakin bertambah kala pandangan mata melihat etalase jadul dengan berbagai jenis roti dan kue. Bahkan ada kue kering yang dituliskan menggunakan Bahasa belanda di dalam toples. Karena tidak bisa berbahasa Belanda, aku tidak bisa mengucapkan nama kue tersebut. Tetapi hanya bisa menebak bahwa di dalam toples itu berisi roti kering.

roti kering dinamai dengan bahasa Belanda di Sumber Hidangan
roti kering di dalam toples ini menggunakan bahasa Belanda. dokumen pribadi


Meskipun dikelola oleh generasi kedua, toko roti legendaris di Bandung ini masih konsisten menyediakan bermacam-macam bakery dengan resep jadoel yang ada sejak jaman Belanda. Tidak hanya itu saja, ternyata Sumber Hidangan juga menyediakan es krim dengan resep jadoel yang siap menggoyang lidah.

Etalase jaman dulu di toko Sumber Hidangan tetap dipertahankan
Etalase jaman dulu di toko Sumber Hidangan tetap dipertahankan.
dokumen pribadi


Walaupun mengaku sebagai pecinta roti, tapi aku tetap saja bingung saat memilih roti yang ada di Sumber Hidangan. Maklum saja karena pilihannya banyak dan aku sangat “kemaruk” ingin mencoba semuanya. Beruntung sekali pemilik Sumber Hidangan membantuku memberikan rekomendasi beberapa roti yang menjadi andalan mereka.

 “Kalau yang ini adalah sojics brood. Isinya daging sapi, rasanya gurih dan kulitnya renyah mirip kulit bolen pisang”, jelas pemilik Sumber Hidangan sambil menunjukkan Sojics Brood sapi yang ada di etalase.

Akupun mengangguk sambil menjawab, “ Ya pak saya mau mencicipinya satu.” roti sosis jadul itu kemudian sudah berpindah ke piring kecil dengan cepat.

beberapa jenis roti bercitarasa otentik yang aku cicipi


Setelah berkeliling etalase aku memutuskan untuk mencoba es krim vanilla, roti cokelat, kue Soes, Suikerbol dan Socijs brood sapi.  Roti-roti pesananku tadi ditaruh dalam piring kecil berwarna putih dengan garpu kecil dan selanjutnya aku bawa ke meja setelah membayar. Khusus untuk es krim, akan diantarkan oleh pelayan.

Jika rotinya ingin dibungkus, bisa minta dibungkuskan kepada pelayan. Tetapi karena suasana toko roti semakin siang semakin ramai jadi harus sedikit bersabar.  Oh iya untuk pembayarannya, disini aku menggunakan uang tunai, aku tidak sempat menanyakn apakah bisa cashless karena pelayan tokonya sudah mulai sibuk melayani pelanggan yang lain.

roti yang akan dibawa pulang dibungkus menggunakan kertas roti yang bertuliskan Sumber Hidangan
roti yang akan dibawa pulang dibungkus menggunakan kertas roti yang bertuliskan Sumber Hidangan


Sepotong makanan yang masuk ke dalam mulut terkadang membawa sebuah kenangan saat kita benar-benar menikmatinya.

Seperti pagi itu di Sumber Hidangan, sepotong kue Soes jadul yang meluncur ke dalam mulut, membuatku mengingat kembali rasa kue Soes dari toko Oen Semarang. Yup, rasa kedua kue Soes ini hampir sama, sangat jadul, kulitnya lembut,  gurih dengan isian vla yang ringan dan tidak terlalu manis. Kue Soes ini sepertinya cocok sekali untuk menemani minum kopi, duduk santai di kursi rotan dan menikmati suasana Braga.

es krim vanila, roti cokelat dan kue soes dari toko Sumber Hidangan
es krim vanila, roti cokelat dan kue soes.


Untuk Socijs brood sapi, kulit rotinya terasa renyah dan gurih, berpadu dengan daging sapi cincang yang lembut sangat cocok untuk sarapan pagi. Makan satu saja sudah bikin kenyang.

Es krim vanilla disajikan dalam mangkuk eskrim kecil tanpa ada tambahan lain, tidak seperti di toko Oen Semarang.  Jadi kalau di Sumber Hidangan eskrim vanilanya benar-benar polosan. Tanpa menunggu waktu lama, si kecil langsung menghabiskan es krim tersebut jadi aku tidak sempat mencicipinya.  

Sebenarnya aku ingin lebih lama menikmati roti dan suasana klasik di toko roti Sumber Hidangan. Namun karena ada keperluan lain aku segera berkemas untuk melanjutkan perjalanan.

Roti coklat dari Sumber Hidangan menjadi penyelamatku setelah terjebak macet dalam perjalanan menuju stasiun. Tekstur rotinya lembut, dengan lelehan coklat yang lumayan banyak di dalamnya. Ini sangat cocok untuk pecinta cokelat seperti Kanjeng Papi.

Sementara untuk Suikerbol yang mirip dengan Cinnamon roll (atau mungkin nama lain cinnamon roll dalam Bahasa Belanda), tekstur rotinya empuk, rasanya cenderung manis dan wangi kayu manisnya tidak terlalu kuat.

 

Pikiranku Masih Melayang ke Toko Roti Sumber Hidangan

Sambil menikmati Cinnamon roll buatanku siang ini, wangi kayu manisnya masih membuat pikiranku melayang ke toko roti Sumber Hidangan.

Menjelang siang suasana toko roti Sumber Hidangan semakin ramai
Menjelang siang suasana toko roti Sumber Hidangan semakin ramai


Sumber Hidangan sebagai toko roti legendaris di Bandung masih konsisten menghadirkan roti klasik dan es krim dengan resep yang sudah ada dari jaman Belanda. Toko yang berdiri sejak tahun 1929 ini menawarkan roti jadoel dengan nuansa klasik, yang menjadi daya tarik utamanya bagi pengunjung. Sampai sekarang toko roti dikelola oleh generasi kedua.

Untuk menuju Sumber Hidangan sangat mudah karena terletak di Kawasan Braga. Dengan catatan harus cermat karena tidak ada plang nama yang besar dan didepan toko dipenuhi lukisan. 

harga roti di Sumber Hidangan mulai dari 10-ribu saja
nota pembelian roti dan eskrim di Sumber Hidangan.
dokumen pribadi


Harga roti di Sumber Hidangan menurutku sangat terjangkau, mulai dari 10-ribuan sudah bisa menikmati roti cokelat yang lembut. Toko ini buka di pagi hari sampai sore saja, jadi tidak bisa dikunjungi untuk menikmati senja ya.

Semoga diberikan kesempatan untuk kesana lagi ya karena aku masih penasaran dengan berbagai macam roti/kue bercita rasa otentik lainnya.

 

 

20 komentar

  1. Rotinya tempting banget mbaa.. btw es krimnya cuilik ya ketoke 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak rotinya gitu, tp kalo eskrimnya emang mini ya 😆

      Hapus
  2. Wajib mampir nih kalau lagi dolanan ke bandung...

    BalasHapus
  3. Suasananya beneran tempo dulu ya. Etalase juga masih dipertahankan, suka model yang vintage begini
    Pilihan rotinya juga banyak, aku pasti juga bingung nih mau pilih yang mana

    BalasHapus
  4. Ya ampuuuun Bandung itu surganya roti2 jadul tapi enak yaaaa 🤤🤤. Tiap ke Bandung yg aku cari itu roti mba, soalnya aku memang sukaaaaa bgt Ama roti. Tapi seringnya ke toko roti jadul yg itu2 aja. Aku baru tau sumber hidangan ini. Takjub ih, udahlah plang ga gede, tapi tetep bertahan Ampe skr. Berarti memang rasanya enak 👍. Kalo ke Bandung lagi aku pasti bakal datangin

    BalasHapus
  5. Kue soes kegemaran saya. Itu pun kalau isinya tidak menggunakan pemanis buatan. Dimakan didampingi es krim wah mantap pisan...

    BalasHapus
  6. Cocok nih buat ngumpul reuni sambil makan roti otentik jaman dulu. Harga juga bersahabat

    BalasHapus
  7. Saya lebih suka roti-soti jadul begini. Rasanya tuh pas aja buat lidah saya. Gak kemanisan gitu.

    BalasHapus
  8. dulu ... banget pernah ke sini. Penasaran dengan interior vintage-nya dan menu roti yang enggak biasa. Otentik yah.
    kalau waktu itu pengalamanku yang enak ya bitterballen, sempat bungkus juga pakai kertas pembungkus yang putih dan sederhana tadi. Ternyata sekarang makin ramai yaa.

    BalasHapus
  9. Sepertinya aku pernah tapi lupa lupa ingat dulu dibela-belain menginap di Braga demi mencicipi es cream jadul. Menunggu sampai toko buka memang bolak balik karena tidak ada tulisannya, itupun hasil tanya ke tukang parkir tempat es cream jadul.

    Lupa2 inget model.dalam tokonya habis beli es cream di makan di taman dekat hotel soalnya.

    Emang aku juga suka yg jadoel jadoel rasanya unik gitu ya mak (gusti yeni)

    BalasHapus
  10. Jadi mau mencicipi rotinya kak

    BalasHapus
  11. Wah roti ini, udah lama deh aku gak makan lagi. Duh, bikin kangen. Aku udah lama juga gak main ke Jalan Braga. Kudu mampir nih nanti kalo ke sana. Rotinya memang enak dan khas deh.

    BalasHapus
  12. Wah toko Rotinya umurnya sudah hampir seabad ya. Roti ini memang cemilan favorit orang-orang yaa terutama buat ngisi perut yNg lagi kosong

    BalasHapus
  13. 1929 waktu yang lama apalagi murah ya mak ga heran masih rame banget yang ngantri. rasa jadul itu dikangenin ya. duh kok sayang pas ke bandung ga ke sini

    BalasHapus
  14. Jadi kangen Bandung buat kulineran. Pengen mampir juga ke toko roti legendaris ini

    BalasHapus
  15. Bangunannya masih nampak asli ya mba, etalasenya juga. Umurnya terlihat dari cat di plafon yang banyak mengelupas, hampir 100 tahun lho!
    Ngga mudah pasti mempertahankan keaslian rasa roti Sumber Hidangan dari zaman ke zaman.
    Disana ada roti semir atau sisirnya ngga mba? Suka banget sama roti bermentega soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangunannya belum pernah direnovasi total Kak, emang sengaja dipertahankan jadoelnya. Semoga masuk CB supaya ada dana perawatan dari pihak terkait ya. Mempertahankan keaslian rasa roti juga tentunya tidak gampang.
      Kalau tidak salah disana ada roti sisir yang bermentega gitu deh mbak. Mungkin bisa dicek lagi kalau mampir ke Sumber Hidangan

      Hapus
  16. Duh duh aku paling senang berkunjung ke toko jadul begini mak soalnya vibenya itu terasa berbeda dan nyaman rasanya apalagi tampilannya asli kayak gini ahh sayang waktu ke Bandung ngga mampir deh

    BalasHapus
  17. Duuh jadi kangen Bandung. Duluuuu pernah ke SH, tapi kan sudah luamaaaa. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Ya walau ga selama usia SH sih hehehe. 1929 booooo, selisih dua tahun saja dari Sumpah Pemoeda. Ah bener mbaak, kalau jalan2 ke Bandung dan seputarnya trus ketemu bangunan2 jadul, suka berimajinasi dulu suasana pas sinyo2 dan noni2 masih di sini.

    BalasHapus