Hidup bertetangga. Pic : clipartstation.com |
'Ting'
Bunyi pesan melalui whatsapp diterima, isinya kurang lebih seperti ini,"kita nggak bisa milih tetangga ya walaupun bisa milih rumah. Ada aja tetangga yang ngeselin. "
Sebagai pasangan muda yang udah tiga tahunan menempati rumah di lingkungan ini, kami sudah berusaha menjaga jarak dengan tetangga. Berbeda dengan cuek, tapi lebih ke bagaimana hubungan dengan tetangga ini baik-baik saja. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, yang sedang-sedang saja seperti lagu dangdut. Soalnya kalau terlalu dekat juga repot nanti waktu ada gesekan.
Gesekan dengan tetangga. Dok : istock |
Berikut ini adalah tipe-tipe tetangga yang sering jadi bahan omongan karena tingkahnya yang ngeselin sekaligus menggelikan.
Tetangga yang Masih Suka "Uyang Uyung"
Bertetangga itu menurutku mirip seperti cara berteman di masa kecil. "Uyang uyung" bermain kesana kesini untuk mendapatkan teman. Kalau musimnya lompat tali ya dimana-mana lompat tali. Terus nanti kalau ada yang nggak suka sama kita jadi musuhan dan musuhannya ngajak-ngajak temen. Rasanya dunia mau runtuh aja waktu mengalami hal seperti ini di masa kecil.
Ketika bertetangga, ada juga yang masih suka 'uyang uyung' alias ngumpul berjamaah kemudian bikin rujak bareng kesana kesini. Sekarang di rumah bu A, besok di rumah bu B dan seterusnya. Iya kan?
Beruntungnya hal-hal semacam ini hanya dilakukan segelintir orang "selo" di sekitar tempat tinggal. Termasuk bapak-bapak yang "selo" juga ada, ngumpulnya kalau malem sambil nyanyi-nyanyi di depan rumah entah sampai jam berapa. Kelompoknya ya itu-itu aja sih orangnya. Kadang nyanyi-nyanyinya sampai malem dan akhirnya suami minta tolong pak RT untuk mengingatkan ke kelompok tersebut. 😁
Tetangga yang "Nggrathil" dan Tidak Tau Tata Krama Juga Ada
Ternyata salah satu anggota kelompok bapak-bapak selo tadi juga "nggrathil" dan nggak tau tata krama. Pernah beberapa kali kepergok metik mangga di depan rumahku tanpa permisi.
Pohon mangganya emang terletak di luar pager, artinya setiap orang boleh saja memetik buahnya.
Tetapi alangkah baiknya kalau permisi dulu sama orang yang menempati rumah tersebut kan? Wong yang nyapu daun mangga tiap hari ya yang menempati rumah tersebut. Akhir cerita, pohon mangga tadi dipangkas oleh suami daripada bikin panas hati.
Eh habis dipangkas juga ada tetangga yang di belakang kami tuh ngatain kami pelit. Whatever!
Usut punya usut, tetangga yang ngatain kami pelit itu sepertinya memang tidak suka dengan keluarga kami. Soalnya mereka dulu ngontrak rumah yang sekarang kami tempati, dan perjuangan bapak-ibu sangat luar biasa buat ambil rumah ini kembali.
Padahal rumah punya bapak-ibu, mau dipakai anaknya, eh kok yang ngontrak malah disuruh pindah aja susah. KZL kan!
Time flies, waktu membuktikan semuanya. Emang si tetangga yang ini sukanya pindah-pindah kontrakan dan terkenal susah dimintain uang kontrakan sih. 😱
Tetangga yang Suka Melakukan Intervensi
Ish ish ish, ini serem banget loh tetangga model beginian. Kadang nyasarnya ke pasangan-pasangan muda yang baru aja punya baby. Terus sok jadi dewa penolong padahal sebenarnya melakukan intervensi.
Misalnya dengan alasan bantuin jagain bayi biar ibunya bisa beberes rumah atau mandi padahal bayinya belum boleh makan arem-arem tapi sama si tetangga bayinya dikasih arem-arem. Kan FATAL banget banget banget.
Belum lagi kalau tiba-tiba sok menyarankan dengan kekeuh ini itu yang notabene beda banget dengan informasi yang kita dapat dari sumber yang valid, eh tapi mau nolak nggak enak karena si tetangga lebih senior. Buat aku kalau saran tersebut bertentangan sama info valid mah ya tolak aja. Biar nggak terjebak sama mitos yang menjerumuskan kita ke jurang yang dalam.
Di masa sekarang, mau belajar soal baby juga udah banyak artikel-artikel yang membantu di google, udah bisa ketemu tenaga medis yang mumpuni di bidangnya, dan pokoknya informasi sudah terbuka lebar-lebar untuk yang ingin belajar. Oleh karena itu, kami sebagai orang tua yang masih newbie, kebanyakan kami belajar dari perawat rumah sakit atau artikel tentang perawatan bayi. Bukannya tidak mau dibantuin oleh tetangga, tetapi kalau bisa melakukannya sendiri ya kenapa harus dibantuin. Lagian memang pada dasarnya aku sendiri kurang suka dengan campur tangan orang lain di dalam kehidupan rumah tangga kami.
Tetangga yang Pengen dibilang WAH, WOW, dan Nggak Mau Kalah
Kalau tipe tetangga seperti ini tuh sebenernya kadar ngeselinnya nggak separah yang sebelumnya ya. Malah rasanya pengen banget dikerjain sekalian. 😂 Jadi ceritanya gini, seorang tetangga kami sedang renovasi atap rumah. Terus sebelahnya kepengen juga, " saya besok mau renov atapnya sampai yang belakang sekalian kok Bu".
Duh nggak mau kalah ya, padahal renovasi atap rumah kan sebuah urgensi, bukan sekedar pengen-pengen doang atau biar disebut WAH.
Tetangga yang Kalau Kerja Bakti Cuma Jadi Mandor
Jangan ditanya lagi deh, pasti banyak yang kayak gini mah. 😋 Alih-alih kerja bakti tapi malah cuma mandorin, jadi yang kerja satu atau dua orang yang itu-itu aja. Sementara yang lain malah cuma perintah sana sini macem mandor. Aku sendiri pernah kesel liat suami kerja bakti dengan model begini. Kasian liat suami kerja terus sementara yang lain cuma jadi mandor, dan kerjanya juga nggak efektif.No action, talk only gitu deh sampai akhirnya aku pasang tampang menyebalkan saat melihat yang kerja bakti cuma berkacak pinggang.
Setelah suami selesai dengan kerja bakti yang nggak efektif tadi, kami berdiskusi sampai pada titik kesimpulan bahwa kerja bakti sama gang sebelah sono itu nggak efektif karena banyak yang mau jadi mandor.😅
Tetangga yang Sok Tau
Pernah suatu hari ada kejadian saat kami berdua sibuk dengan gadget masing-masing, terus seorang tetangga lewat dan berkomentar, " sama-sama di rumah kok pada whatsapp-an". Seketika itu kami pengen ketawa tapi kesel dan geli 😂. Soalnya tetangga ini nggak tau pekerjaan kami ada di gadget tersebut.Terus ada lagi yang sok tau berkomentar soal talud, kerja bakti dan sebagainya padahal aku tau kalau suami si tetangga ini nggak pernah kerja bakti.
Ngomong aja terosss tapi nggak ada aksi turun tangannya mah semua orang juga bisa.
Time flies, ketahuan juga kan akhirnya kalau si tetangga ini memang tidak ingin meninggalkan jejak baik di lingkungan waktu dia pindah. Soalnya iuran bulanannya banyak yang nunggak dan pindahannya diem-diem plus pamitnya di grup Whatsapp doang. 😂
Tipe-tipe tetangga yang aku sebutkan tadi pure berdasarkan pengalaman kami selama tiga tahun menempati rumah di lingkungan yang disebut perumahan setengah desa. Soalnya perumahannya masuk di tengah desa atau kampung. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Nah lain tempat , bisa lain juga tipe-tipe tetangga ngeselin dan menggelikan yang bakalan ditemui.
Berbuat baik kepada tetangga. Dok : freepik.com |
Tetap berkontribusi dan berbuat baik untuk lingkungan terdekat karena waktu akan membuktikan semuanya. 😁
Tidak ada komentar