Menelusuri Jejak Kerajaan Tarumanegara di Karawang

16 komentar

 

keindahan Candi Blandongan, peninggalan Kerajaan Tarumanegara. dokumen pribadi

Tak pernah terpikirkan bahwa daerah yang terkenal sebagai daerah industri ternyata menyimpan jejak sejarah. Sejarah besar dari sebuah kerajaan yang terkenal pada masanya. Jika mendengar kata Karawang, yang terlintas pasti kawasan industri, penuh dengan deretan pabrik dan truk besar. Namun saat menjejakkan kaki ke arah utara, tepatnya tidak jauh dari aliran Sungai Citarum, akan ditemukan kompleks percandian Batujaya yang menyimpan jejak Kerajaan Tarumanegara dengan baik.

Kompleks percandian Batujaya terletak di kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kawasan dengan luas 5 kilometer persegi yang ada di tengah persawahan warga ini memiliki beberapa warisan sejarah dari Kerajaan Tarumanegara. Warisan sejarah itu berupa candi-candi yang usianya sudah ratusan tahun, bahkan ada yang dikatakan sebagai candi tertua di Jawa Barat. Kompleks percandian yang bercorak buddha ini dibangun pada abad ke 7 masehi, masih dalam masa pemerintahan Kerajaan Tarumanegara yang beragama hindu.  

Dua candi yang terkenal dari kompleks percandian Batujaya adalah Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Beberapa waktu yang lalu, kami berkesempatan mengunjungi keduanya sekaligus mengunjungi Museum Batujaya.

Jejak-jejak Kerajaan Tarumanegara di Karawang Bagian Utara

Perjalanan Menelusuri Jejak Tarumanegara Dimulai dari Cikarang

Awalnya tidak ada rencana untuk mengunjungi kompleks percandian Batujaya. Namun karena H-1  liputan sebuah acara di Jaksel tiba-tiba cancel tanpa penjelasan, mau tidak mau kami harus mengajak si kecil untuk jalan-jalan. Daripada bingung mau kemana, bosen masuk mall satu dan yang lain, akhirnya kami memutuskan untuk main ke kompleks percandian Batujaya. Tentu saja semuanya sudah dikepoin dulu melalui google maps, terutama tentang museum Batujaya yang merupakan pusat informasi dari kompleks percandian.

Perjalanan dimulai dari Cikarang Selatan, daerah industri yang gersang berdebu. Setelah berhasil menyebrangi pantura, perjalanan dilanjutkan melewati jalanan sempit dengan sungai kecil berwarna hitam. Rasanya ingin menyerah kalau mengingatnya, karena salah gerak sedikit bisa nyemplung selokan. Beruntung sekali Kanjeng Papi bisa diandalkan dalam menyetir mobil kecil. Tantangan selanjutnya adalah jalanan sempit berbatu, banyak perbaikan jalan, macet dan angkot. 

Astaga belum sampai candi saja rasanya sudah capek di jalan. Jalan baru terasa agak nyaman saat mendekati aliran sungai Citarum dan pemandangan mulai banyak sawahnya. Tapi tidak usah dibayangkan nyamannya seperti jalanan utama Bantul Kota ya. Disini tol aja kadang nggak mulus, apalagi jalan yang bukan tol.

Setelah menempuh jarak sekitar 80 km alias 2 jam berkendara dengan mobil, akhirnya kami sampai di depan Museum Batujaya.

 

Mengunjungi Museum Situs Cagar Budaya Percandian Batujaya

foto situs yang sudah dipugar, di museum Batujaya. dokpri


Saat mobil mulai masuk halaman museum, seorang petugas parkir berusia setengah baya menanyakan keperluan kami, kemudian mengarahkan ke loket. Untuk masuk kawasan museum, akan diminta menuliskan nama dan memberikan dana kebersihan seikhlasnya. Waktu itu aku memberikan uang sebesar Rp 5000 dan uang parkir mobil Rp 5000 saja. Sampai di dekat bangunan museum, tidak lupa mampir ke kamar mandi dulu. Untuk kamar mandinya kecil dan bersih, tidak perlu membayar lagi.

Tidak jauh dari kamar mandi inilah bangunan utama museum berdiri. Bangunannya kecil, mirip seperti kantor kelurahan namun bersih dan rapi. Ruang penyimpanan benda bersejarahnya juga kecil dengan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.

Awalnya kami ragu apakah museum masih buka atau tidak karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 .Namun seolah mengetahui isi pikiran kami, seorang petugas museum mempersilahkan kami masuk, sekaligus menjelaskan tentang koleksi museum. Beliau Bernama pak Nahyan/nayan, warga asli Batujaya yang bertugas di museum.

Sambutan hangat sangat berkesan bagi kami, seolah rasa capek menguap begitu saja. Ya manusia kadang hanya ingin disambut dengan hangat, bukan disambit dengan tatapan tajam meremehkan. Bertemu warga lokal yang ramah seperti pak Nayan membuatku seperti pulang ke rumah kedua, yang jejaknya hilang diterjang banjir dari sungai Citarum.

komponen stupa Candi Blandongan yang seperti bunga teratai. dokpri


Menurut penjelasan pak Nayan, koleksi museum tidak hanya yang berasal dari Kawasan percandian Batujaya saja. Museum kecil ini menyimpan berbagai batu candi, arca, potongan kaki arca, alat tukar, gerabah, keramik dan fosil manusia purba. Dari situs kemendikbud dan penelitian bapak Hasan Djafar diketahui bahwa fosil manusia purba berasal dari abad ke 2 Masehi, jadi kompleks percandian Batujaya dibangun diatas Kawasan pemakaman.

Pada dinding juga terdapat informasi mengenai situs yang digali di Kawasan percandian Batujaya, walaupun sudah terlihat usang. Beberapa informasi dan foto yang tertempel di dinding museum, rasanya harus diperbaharui supaya tidak terkesan suram.

Tidak jauh dari museum, kemegahan candi berbahan batu bata itu sudah terlihat.

 

Candi Jiwa, Candi Tertua di Jawa Barat

Candi Jiwa, candi tertua di Jawa Barat. dokpri

Dari penuturan pak Nayan, Candi Jiwa dulunya berupa gundukan tanah yang membentuk bukit. Bahkan saat beliau masih kecil sering dinasehatin kakek neneknya supaya tidak menggembala kambing sampai disana karena kambing akan mati setelah melewati bukit tersebut.

Menurut informasi dari website Disbudpar Provinsi Jawa Barat, candi jiwa ditemukan pada tahun 1984 dan mulai diteliti oleh jurusan arkeologi UI pada tahun 1985. Candi buddha yang terbuat dari batu bata merah ini dibangun pada abad ke 7 Masehi. Bentuk candi Jiwa cenderung bujur sangkar, tidak menjulang tinggi, dan stupanya diperkirakan mirip dengan bunga Teratai yang mekar diatas air. dari keterangan pak Nayan, Candi Jiwa dibangun pada masa kerajaan Tarumanegara karena adanya pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya.

cara menikmati keindahan Candi Jiwa. dokpri


Saat ini keindahan candi Jiwa hanya bisa dinikmati dari luar pagar, karena waktu kesana pagarnya digembok. Mungkin untuk menghindari tangan-tangan jahil dan masih dalam penelitian juga kali ya. Angin sore yang berhembus dan hijaunya hamparan padi di sawah menurutku sudah cukup untuk menikmati keindahan candi Jiwa yang usianya ratusan tahun. Belum selesai menikmati keindahan candi Jiwa, mataku menangkap sebuah candi yang terlihat lebih besar di sisi yang lain.

 

Candi Blandongan Masih Terlihat Gagah

Candi Blandongan, lebih besar dari Candi Jiwa. dokpri


Letak candi Blandongan hanya 100 meter dari Candi Jiwa, namun sudah masuk kecamatan Pakisjaya jadi beda pengurusnya dengan Candi Jiwa dan Museum Batujaya. Memasuki candi Blandongan, akan diminta menuliskan nama dan uang kebersihan di pintu masuk. Candi Blandongan merupakan candi buddha yang dibangun dari batu bata merah. Candi ini secara khusus diteliti pada tahun 1993 dan sampai sekarang kawasan percandian Batujaya masih menjadi lahan okupansi penelitian.

Dari beberapa penemuan di Kawasan percandian, Candi Blandongan inilah yang memiliki data kepurbakalaan paling lengkap. Candi Blandongan berbentuk persegi dengan ukuran 25x25 meter, lebih besar dari Candi Jiwa. Bentuk candi ini mirip dengan punden berundak dengan ukuran bagian tengahnya 10x10 meter. Untuk bagian atas sudah hilang, namun diduga bagian atasnya berupa stupa.

Saat ekskavasi tahun 1999-2013 di Candi Blandongan ditemukan amulet, vovite tablet, arca buddha dan gerabah. Dari hasil penelitian melalui carbon dating, Candi Blandongan dibangun pada abad ke 7 Masehi.

menikmati sore di sekitar Candi Blandongan.dokpri


Menikmati sore di candi Blandongan memang terasa menyenangkan, apalagi di pinggiran candi terdapat hamparan bunga dan rerumputan yang cocok untuk duduk santai. Namun jangan lupa waktu saat bersantai disini karena Kawasan candi ditutup pukul 17.30.

FYI, pengunjung tidak boleh naik ke candi ya, jadi nikmatin aja pemandangannya dari rerumputan.

 

Worth It Nggak Main ke Kompleks Percandian Batujaya?

Sebagai orang yang suka sejarah, menurutku worth it banget main ke kompleks percandian Batujaya karena kita bisa belajar tentang peninggalan Kerajaan Tarumanegara, yang dulu hanya bisa dilihat di buku.  Selain itu disini cocok untuk healing, menikmati sore yang jauh dari kebisingan.

Namun beberapa hal yang harus dipertimbangkan saat main kesini adalah perjalanannya yang cukup menguras waktu, energi dan biaya. Tapi untuk biaya kebersihan dan parkir masih masuk akal kok, tidak overpriced dan berlebihan. Disini juga sambutan warganya hangat dan santun, apalagi kalau kamu bisa bahasa sunda halus. Istilahnya masih memanusiakan manusia, tidak memandang sebelah mata kepada pengunjung yang datang.

bonus foto : Kanjeng Papi healing lewat tengah sawah. dokpri


Review YOU Sunbrella Daily Defense Sunscreen Serum, Siap Anti Panik di Bawah Terik!

Tidak ada komentar
YOU Sunbrella Daily Defense Sunscreen serum.
Dokpri


Sunscreen menjadi rangkaian skincare dasar yang penting banget digunakan saat akan menghadapi teriknya sinar matahari. seperti yang sudah kita ketahui bahwa pancaran sinar UV yang berlebihan seringkali membuat berbagai masalah pada kulit, seperti hyperpigmentasi, kulit kering, kusam dan bahkan kanker kulit.  Oleh karena itu diperlukan sunscreen atau tabir surya yang dapat melindungi kulit kita.

Namun seringkali sunscreen yang ditemui teksturnya creamy dan membutuhkan waktu lama untuk menyerap ke dalam kulit. Selain itu kadang ada sunscreen yang setelah digunakan membuat terasa lengket dan kurang nyaman, jadi bikin malas untuk menggunakannya.

Berawal dari keresahan ini, YOU meluncurkan Sunbrella Daily Defense Sunscreen Serum dengan SPF 30 PA +++ yang merupakan inovasi sunscreen seringan serum. Suncreen ini juga dilelengkapi dengan 75% kandungan bahan yang dapat memberikan nutrisi untuk kulit seperti 9D Hyaluronic Acid dan Rutin Glycoside.

 

Kenalan Lebih Dekat Dengan YOU Sunbrella Daily Defense Sunscreen Serum SPF 30 PA +++

Waktu pertama kali mendengar produk sunscreen terbaru dari YOU yang teksturnya seringan serum, tentu saja aku sangat tertarik untuk mencobanya. Sunscreen ini tuh seperti jawaban yang aku nantikan selama ini. Sunscreen dengan tekstur ringan, cepat menyerap ke dalam kulit dan ada kandungan bahan yang memberikan nutrisi untuk kulit. Kandungan 9D Hyaluronic Acid dapat menghidrasi kulit kering karena paparan sinar matahari. Sementara kandungan Rutin Glycoside mampu menangkal bluelight dan mencegah photoaging

Teksturnya ringan saat diaplikasikan ke kulit wajah. Dokpri


Nah untuk sunprotectornya, YOU Sunbrella menghadirkan SPF 30 PA+++ yang dapat melindungi kulit dari sinar UV A, UV B, bluelight dan infrared. Lengkap banget kandungan bahan dan perlindungannya, jadi cocok untuk dijadikan sunscreen andalan.

Tekstur sunscreen terbaru dari YOU menurutku patut diacungi jempol karena ringan (light) dan watery jadi mudah menyerap ke dalam kulit. Untuk pengguna make up sehari-hari, sunscreen ini juga bisa diandalkan karena tidak menimbulkan tampilan make up menjadi cakey dan tidak menimbulkan white cast pada kulit wajah. Tekstur sunscreen yang ringan seperti serum ini cocok digunakan untuk semua jenis kulit terutama kulit kering.

Aku mencoba sunscreen di punggung tangan, keliatan yg lebih lembab yg sblh mana? 
Dokpri


YOU Sunbrella Daily Defense Sunscreen Serum dikemas menggunakan tube 30 ml dengan dominasi warna putih dan sedikit turquoise pada tutupnya. di bagian depan tube tertulis “Sunbrella” dan SPF 30 PA+++ yang eyecatching, jadi dari kejauhan saja kita bakalan tau kalau produk ini adalah sunscreen. Dengan kemasan yang tidak terlalu besar, rasanya YOU Sunbrella ini juga cocok untuk dibawa traveling karena nggak menuhin tempat. Sementara itu, pada bagian belakang tube terdapat beberapa keterangan lain seperti kandungan bahan, expired date, No BPOM dan no amimal cruelty.

Cara penggunaan Sunbrella Daily Defense Serum juga sangat mudah, cukup dioleskan secara merata ke wajah 30 menit sebelum berhadapan dengan sinar matahari. Pemakaian sunscreen ini dapat diulang setelah 2 jam terpapar sinar matahari supaya proteksinya lebih maksimal. Apalagi kalau sedang beraktivitas di luar ruangan, harus proteksi maksimal dong.

FYI untuk harga YOU Sunbrella Daily Defense Sunscreen Serum sekitar Rp 34.000 saja, menurutku harga yang worth to buy karena sunscreen ini mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan sunscreen lainnya.

Kesimpulan

YOU Sunbrella masih jadi sunscreen andalan. Dokpri


Sunscreen sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Dalam memilih sunscreen, pertimbangan harga dan kualitas adalah yang utama. Kehadiran YOU Sunbrella sangat membantuku untuk memilih sunscreen dengan harga terjangkau dan mendapatkan kualitas yang bisa diandalkan.

Kandungan 9D Hyaluronic Acid dan Rutin membuat kulit wajah terhidrasi dengan baik dan memberikan proteksi terhadap sinar bluelight, serta SPF 30 PA +++ mampu diandalkan untuk menangkal sinar matahari di daerah tropis.

Kemasannya juga travel friendly jadi cocok untuk dibawa traveling. Apalagi YOU Sunbrella bisa digunakan oleh semua jenis kulit, jadi tidak repot menentukan sunscreen untuk suami karena jenis kulit kami berbeda.

Buat kamu yang sedang mencari sunscreen dengan tekstur ringan, aku sangat merekomendasikan YOU Sunbrella Daily Defense Sunscreen Serum karena teksturnya ringan, menutrisi kulit, perlindungannya maksimal dan harganya masih masuk akal di kantong. Apalagi kalau harganya sedang diskon, pasti bikin lebih hemat. 

Tertarik untuk mencobanya? Yuk segera kunjungi YOU official store di e-commerce andalanmu atau segera ke toko kosmetik terdekat ya. 

Kejutan Tak Terduga, Menang Challenge Ramadan & Lebaran Berkreasi dari Bogasari

Tidak ada komentar

 

Dok : Bogasari


Kadang Tuhan memberikan sebuah kejutan yang tidak terduga. Menang challenge Bogasari kemarin adalah salah satu kejutan tak terduga yang Tuhan berikan. Siapa yang mengira bahwa foto Serabi kuah Kinca yang aku posting di Instagram, bisa memenangkan sebuah perlombaan yang diikuti banyak peserta.  


Berawal dari Keinginan Bikin Serabi Kuah Kinca

Sebelum memasuki bulan Ramadan, aku memang sudah berniat untuk membuat serabi kuah kinca. Namun niat bikin serabi ini sering pupus karena bahan-bahannya tidak lengkap atau aku mager untuk melengkapi bahan serabi.

Nah saat bulan Ramadan, keinginan bikin serabi ini semakin kuat. Ditambah waktu scroll timeline Instagram nemu challenge dari Bogasari, akhirnya membulatkan tekad untuk bikin Serabi Kuah Kinca. Setelah menemukan resep serabi yang cocok, sudah cek kelengkapan bahan di rumah dan mood sedang dalam keadaan bagus, terciptalah serabi kuah kinca yang pas di lidah keluarga.


Menang Challenge Foto Adalah Sebuah Kejutan Tak Teduga

Serabi kuah kinca. Dokumen pribadi


Sebenarnya aku tidak pernah belajar foto produk secara langsung. Makannya ketika menang challenge foto dari Bogasari pun rasanya masih seperti mimpi. Ya gimana lagi, lha wong printilan foto aja minim, seperti background foto yang berwarna hitam itu sebenarnya adalah sarungnya Kanjeng Papi dan mangkok untuk kuah serabi adalah mangkok hadiah santan instan. 

Mau menjamin rasa serabi juga tidak bisa karena kan ini lomba foto, bukan lomba masak yang bisa icip-icip. Nothing to loose aja deh pokoknya waktu itu, yang penting sudah ikutan challenge Bogasari karena kebetulan aku selalu stok terigunya di rumah.

ss dari IG Bogasari


Kejutan tak terduga tiba-tiba muncul pada tanggal 24 April 2023, berupa sebuah notifikasi di Instagram yang menyatakan bahwa aku masuk 3 Top Winners Challenge Ramadan dan Lebaran Berkreasi bareng Bogi. Sungguh kejutan yang luar biasa, tidak henti-hentinya rasa syukur tercucap. Saat aku memberitahu ibu tentang hal ini pun ibu seolah tidak percaya, karena selama ini ibu anggap aku nggak bisa masak.

 

Hadiah dari Bogasari Apa Aja?

foto bersama pihak Bogasari. dok : Bogasari

Saat mengetahui bahwa aku masuk 3 Top Winners, jujur saja aku tidak memperhatikan hadiah apa saja yang akan aku terima selain photoshoot. Tapi saat itu sejujurnya aku sedang menginginkan sebuah pan baru, keinginan ini aku ungkapkan dalam hati kepada Tuhan saja. 

Aku nggak tega bilang ke Kanjeng Papi karena kami sedang menabung demi sebuah mobil. Sementara uangku juga belum cukup untuk membeli sebuah pan baru, jadi ya sudah curhatnya ke Tuhan saja.

Nah setelah Bogasari memberikan jadwal photoshoot, aku kembali melihat postingan pemenang Bogasari yang tertulis jelas bahwa pemenang juga akan mendapatkan cooking set. Namun tidak disebutkan cooking setnya merk apa dan isinya apa saja. 

Masalahnya adalah saat itu pihak Bogasari terus mengubah jadwal photoshoot (ini maklum banget karena Bogasari harus atur jadwal berbagai pihak), sementara aku mempersiapkan ulang tahun si kecil jadi bikin pikiranku agak semrawut. Bahkan Kanjeng Papi sampai bilang lepasin aja hadiah dari Bogasari daripada kepikiran terus. Sejak itu aku mulai agak selow karena tidak mau semuanya terlewatkan, tanpa dapat pan baru.

Jadi hadiah yang diberikan Bogasari dalam postingannya adalah Proffesional Food Photography & Media Promotion plus Premium Cooking Set

Hadiah Cooking set merk Stein Cookware yang sudah lama diidamkan.
Ini hadiah challenge bukan goodie bag yaaa, ada effort untuk mendapatkanya. dokpri


Nah dari situ aku mulai bingung bagaimana cara photoshoot ke Jakarta dari planet Cikarang Selatan dengan aman dan harga terjangkau.

Beruntung sekali mendekati akhir Mei,pihak Bogasari memberitahukan bahwa ada akomodasi yang disediakan untuk pemenang jadi “nyicil ayem” karena budget untuk ke Jakarta tidak mengganggu keuangan rumah tangga. Bahkan pada H-1 pihak Bogasari memberitahukan bahwa pemenang diberikan fasilitas menginap di Yello Hotel Harmoni selama 2 hari. Wah tentu saja aku dan si kecil langsung bersemangat ke Jakarta meskipun tanpa Kanjeng Papi karena Kanjeng Papi harus kerja.

Dari Cikarang ke Jakarta, aku dan si kecil menggunakan gocar sampai stasiun kemudian dilanjutkan dengan KRL. Aku tidak berani menggunakan gocar sampai Jakarta karena mempertimbangkan banyak hal, salah satunya takut mabuk perjalanan. Saat tiba di Yello Hotel Harmoni, kami disambut oleh kak Tesa dan Kak Juventia yang bertugas mendampingi pemenang lomba.

Pengalaman Pertama Kali Photoshoot

foto bareng mas Angga, fotografer andalan di Bukan Main Studio. dokpri


Sebagai orang yang sering memotret benda (karena kebutuhan pekerjaan), ternyata ada saatnya difoto juga. Kalau biasanya difoto oleh Kanjeng Papi atau tripod, kali ini aku difoto oleh seorang fotografer profesionel bernama mas Angga di Bukan Main Studio. Ada rasa takut, khawatir, grogi, malu dan sebagainya campur jadi satu sampai bikin nggak bisa tidur nyenyak di kamar hotel meskipun kamarnya nyaman.


kamar hotel Yello Harmoni, ada sofa dekat jendela yang cocok untuk overthingking mikirin serangan Decepticon. dokpri

Ya sekali-kali sambil overthinking mikirin bagaimana jika Monas diserang Decepticon, biar cepet tidur dan mimpinya bukan tentang foto studio tapi tentang transformers. Sayangnya mimpiin transformers tidak terjadi,  justru aku bermimpi telat ke studio foto sehingga sebelum adzan subuh pun sudah terbangun. 😂

Pertama kali menginjakkan kaki di Bukan Main Studio, kami langsung disambut oleh tim fotografer yang tengah bersiap. Aku langsung duduk untuk di make up dan beruntung sekali kakak-kakak disana ramah anak jadi si kecil tidak merasa sendirian dan dicuekin. Anak sudah aman, artinya hati mamaknya ini tidak gusar mikirin macam-macam, so prosesi make up pun berjalan lancar.

Tiba saatnya pemotretan, muka-muka antagonis kayak aku ini harus bisa diubah supaya lebih keibuan dan ceria memegang serabi warna warni di mangkuk. Beberapa kali tim mengarahkanku dengan sabar, membantu merapikan baju, rambut dan apron. Tidak terhitung berapa kali jepretan kamera terjadi, namun aku merasa nyaman dengan suasana yang dibangun oleh tim sehingga saat difoto pun terasa jauh lebih rileks.

Tim membantuku saat photoshoot. dok : Bogasari

Ini adalah pertama kalinya aku melakukan photoshoot dan kesimpulannya adalah photoshoot ternyata tidak mudah. Dalam photoshoot diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk membangun suasana nyaman sehingga photoshoot bisa berjalan lancar. Oh iya untuk foto-foto tersebut nantinya dikurasi oleh pihak Bogasari untuk diposting di media sosial.

Btw aku juga sempat bertanya kepada pihak Bogasari tentang alasan memilihku sebagai pemenang. Ternyata jawabannya adalah karena resep yang aku share itu real (bukan asal nyomot di google) bahkan resepnya di recook oleh pihak Bogasari.

Setelah acara photoshoot selesai, para pemenang lomba dipersilahkan untuk beristirahat di Yello Hotel Harmoni sampai keesokan harinya. Nah pengalaman menginap di Yello Hotel Harmoni akan aku ceritakan di tulisan selanjutnya ya.

Dari pengalaman menjadi pemenang Bogasari, akhirnya aku punya cooking set + pan baru, punya foto-foto bagus dan pengalaman ke Jakarta berdua dengan si kecil. Oh iya ada satu pesan penting dari Bogasari yaitu bahwa terigu itu tidak putih bersih (secerah tepung tapioka/aci) karena terigu berasal dari gandum yang warnanya agak kecoklatan. Jadi, simpulkan sendiri ya 😁

Mei 2023 adalah bulan yang tidak terlupakan, banyak kejutan yang tidak terduga dan tentunya semua itu tidak akan terjadi tanpa kuasa Tuhan.