Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Tes IVA di Puskesmas Kalasan

Tidak ada komentar


Sumber : P2PTM Kemenkes

Tirto.id --Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan terdapat dua jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia, yakni kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks). Merujuk data yang dipaparkan Kemenkes per 31 Januari 2019, terdapat angka kanker payudara 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk dan kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.



"Dek, besok pagi ada tes IVA. Mau ikut nggak? Kalau mau, besok langsung datang saja ke Puskesmas Kalasan pagi-pagi, " kata ibu saat kami menginap di rumahnya malam itu, di penghujung Oktober.  Sebenarnya besok ibu masak-masak dan aku ingin membantu, tetapi tes IVAA juga penting.

"Besok ada yang bantuin ibu masak kok, tenang aja ada pasukannya", jawab Kanjeng Papi (suamiku) saat aku mengutarakan kegalauanku untuk ikut tes IVA.

Sebelum mengenal tes IVA, sebenarnya aku lebih dulu mengenal tentang papsmear. Tahun lalu aku sudah ikut papsmear jadi tidak terlalu takut untuk membayangkan tes IVA. 

Pengalaman Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Puskesmas Kalasan

Suasana ruang tunggu
puskesmas Kalasan.
Dok : Dwi Janto


Mengunjungi puskesmas tanpa informasi yang jelas mengenai tes IVA sebenarnya membuatku dag dig dug. Ya takutnya udah masuk puskesmas tapi  salah informasi kan zonk banget. Malunya itu loh dilihat orang banyak. 😅

Menginjakkan kaki di puskesmas Kalasan, aku disambut oleh petugas yang berjaga di nomor antrian. Ya nomor antrian di puskesmas Kalasan udah pake print-printan kayak di bank itu loh. Tapi kadang ada yang membutuhkan bantuan untuk ambil nomor, jadi ada petugas yang jaga deh. Aku tidak diberikan nomor antrian oleh petugas, tetapi langsung diarahkan ke ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

Di dalam ruang KIA terlihat ada 2 orang petugas medis yang berkutat dengan formulir di meja. Kemudian aku diberikan satu formulir yang harus diisi identitas dan tentunya nomor BPJS.

Lupa Membawa Kartu BPJS

Beruntung sekali aku punya aplikasi mobile JKN jadi waktu nggak bawa kartu BPJS bisa liat nomor BPJS-nya di aplikasi ini. Setelah mengembalikan formulir kepada petugas medis, aku diminta untuk menunggu di ruang tunggu puskesmas.
"Nanti dipanggil bu, "kata petugas saat aku mengembalikan formulir tersebut.

Tes IVA itu Apa?

Dok : Kemenkes


Tes IVA adalah sebuah tes untuk mendeteksi dini kanker serviks yang relatif mudah dilakukan dan memberikan hasil yang cepat. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan asam asetat ke permukaan mulut rahim.

Tingkat keakuratan tes IVA sekitar 61%, jauh dibawah tingkat keakuratan papsmear. Walaupun demikian, tes IVA ini dianggap lebih efisien karena memberikan hasil yang cepat dan bisa dilakukan di klinik atau puskesmas terdekat dengan biaya terjangkau.

Masuk ke Ruang Periksa


Saat mendengar namaku dipanggil, aku segera masuk ke ruang KIA. Kemudian bidan melalukan tes IVA yang ternyata tidak semengerikan kata orang-orang. Hampir mirip seperti saat papsmear atau pasang IUD.

Langkah-langkah tes IVA antara lain :

1. Berbaring dengan posisi kaki terbuka seperti saat akan melahirkan.

2. Dokter/Bidan akan memasukkan cocor bebek (spekulum) ke dalam vagina. Spekulum berguna untuk menahan mulut vagina agar tetap terbuka, jadi mulut dan leher rahim akan terlihat.

3. Dokter/Bidan akan mengoleskan cairan asam asetat menggunakan kapas yang digulung (mirip cutton bud) ke permukaan jaringan leher rahim kemudian setelah satu menit hasilnya akan terlihat.

Hasil Tes IVA


Bersyukur sekali hasil tes IVA milikku normal karena tidak ada perubahan warna. Jika terjadi perubahan warna, itu tandanya jaringan serviks tidak sehat jadi akan ada penanganan lebih lanjut dari puskesmas. Kemudian bidan menyarankan untuk mengulang tes IVA lagi 3 tahun lagi.

Hasil tes IVA milikku.
Dokpri


" Kalau mau tes IVA tapi BPJSnya beda faskes juga bisa kok, puskemas Kalasan melayani tes IVA dengan biaya sebesar Rp 20.000", jelas bu bidan saat aku menanyakan kisaran biaya tes IVA.

Dok : Kemenkes



Diajarin SADARI Oleh Bidan

Dok : Kemenkes

Ternyata para ibu-ibu yang ikut tes IVA juga dapat info penting tentang SADARI (periksa payudara sendiri) untuk mendeteksi dini kelainan pada payudara setelah selesai tes IVA. Ibu-ibu diajak praktek SADARI secara langsung oleh bidan di ruang KIA, tidak cuma mendengarkan cerita Bidab saja. 



Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa mengikuti tes IVA karena kesehatan reproduksi wanita juga perlu diperhatikan demi masa depan.  Semoga dengan ceritaku ini, semakin banyak para ibu yang berani mengikuti tes IVA yang sama sekali tidak menakutkan.

Menjaga Kesehatan Lebih Baik daripada Mengobati

Tidak ada komentar